Main Article Content
Abstract
Remaja merupakan tahap perkembangan yang ditandai dengan masa krisis identitas sehingga rentan mengalami ketidakstabilan baik emosi maupun perilaku. Peranan dan dukungan orangtua dibutuhkan remaja untuk dapat melewati masa krisis dan memenuhi tugas perkembangan. Akan tetapi, terdapat kondisi dimana orangtua tidak dapat berperan langsung, salah satunya remaja di panti asuhan yang mungkin tidak dapat diasuh dan harus hidup terpisah dengan orangtua. Kondisi tersebut dapat meningkatkan kemungkinan remaja mengalami distres yaitu keadaan dimana individu tidak mampu beradaptasi dengan tekanan yang berkaitan dengan berbagai pikiran dan perasaan negatif. Distres membuat individu merasa tidak nyaman dan dapat menyebabkan dampak negatif seperti menganggu kemampuan belajar, memori, dan mood; serta masalah kesehatan mental. Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan intervensi dalam bentuk psikoedukasi yang bertujuan meningkatkan toleransi distres yaitu kemampuan menoleransi berbagai emosi negatif, frustrasi, ketegangan fisik, dan mental. Kegiatan dilakukan dengan metode psikoedukasi dengan ceramah interaktif dan pemeragaan yang diikuti oleh remaja berusia 12 – 18 tahun dari salah satu panti asuhan di Kota Makassar. Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan perubahan pengetahuan peserta melalui skor post-test dan kemampuan peserta memeragakan berbagai teknik yang diberikan. Selain itu, kurang lebih 80% peserta memberi respon positif terhadap pelaksanaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa psikoedukasi yang diberikan dapat meningkatkan toleransi distres remaja di panti asuhan.
Kata kunci: distres, panti asuhan, psikoedukasi, remaja, toleransi