UJI SENYAWA SITOTOKSISITAS DARI TUMBUHAN AKAR PKI
(Mikania micrantha H.B.K)
Emma
Susanti, Kamalrullah, Alfian
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau, Pekanbaru
ABSTRAK
Telah dilakukan uji senyawa sitotoksik dari tumbuhan
Akar PKI (Mikania micrantha. H.B.K).
Metoda yang digunakan adalah Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT) dengan menggunakan larva udang Artemia salina Leach.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa analisa probit pengujian sitotoksisitas
ekstrak n-heksan diperoleh nilai LC50 = 2,19 µg/ml, ekstrak etil
asetat diperoleh nilai LC50 = 13,49 µg/ml dan pada ekstrak metanol
diperoleh nilai LC50= 2,19
µg/ml.
Kata kunci : Uji senyawa sitotoksisitas,
Mikania micrantha, HBK.
PENDAHULUAN
Kanker adalah suatu penyakit yang
terjadi akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh, sel-sel
yang tidak normal ini (sel kanker) dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya
sehingga dapat menyebabkan kematian. Upaya membebaskan masyarakat dari
penderitaan kanker sangat perlu dilakukan, tetapi ditemui banyak kendala karena
biaya pengobatan penyakit kanker yang mahal, serta obat antikanker memiliki
efek samping yang besar. Efek samping timbul karena belum adanya obat kanker
yang bekerja spesifik. Obat antikanker yang ada sekarang ini selain bekerja pada
sel kanker, juga bekerja pada sel-sel yang memiliki petumbuhan yang cepat
seperti sel-sel kelamin, rambut dan sebagainya. Oleh sebab itu usaha untuk
menemukan obat antikanker terutama yang bekerja spesifik terus dilakukan
terutama yang berasal dari bahan alam (Anonim, 2006). Salah satu uji
pendahuluan yang dapat dilakukan adalah dengan metoda Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT) dengan
menggunakan larva udang laut Artemia
salina Leach. Metoda
ini merupakan penapisan awal dalam upaya pencarian senyawa antikanker karena
hasil dari uji toksisitasnya memiliki korelasi positif dengan aktivitas
sitotoksik antikanker (Ayo et al.,
2007; Krishnaraju et al., 2005; Pisutthanan et al., 2004; Lellau et al.,
2003, Meyer et al., 1982).
Secara tradisional beberapa
tumbuhan telah digunakan untk mengobati penyakit kanker maupun penyakit
infeksi. Beberapa dari tumbuhan tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan
menjadi sediaan fitofarmaka dan sebagai sumber senyawa antikanker, antioksidan,
antibakteri dan antifungal yang baru. Pencarian sumber obat dari alam sangat
memungkinkan di Indonesia yang kaya akan berbagai sumber flora dan fauna.
Pemakaian bahan yang bersumber dari ala mini jelas akan memiliki resiko
toksisitas yang lebih ringan serta tingkat keamanan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan obat sintesis yang berasal dari bahan kimia murni.
Salah satu tumbuhan yang dapat
dimamfaatkan sebagai pengobatan adalah tumbuhan akar PKI (Mikania micrantha H. B. K). Tumbuhan akar PKI ini merupakan
tumbuhan yang merambat pada pohon dan hidup di tempat basah, kadang pada daerah
tinggi, hutan dan bantaran sungai. Khasiat tumbuhan ini pada suku Indian dan
suku-suku lainnya di Amerika Tengah terutama sebagai anti infeksi dan untuk
mengatasi gigitan serangga dan juga sebagai gulma pada tanaman inangnya
(Anonim, 2006). Di Riau khususnya pada masyarakat kabupaten Kuantan Singingi
Taluk Kuantan tumbuhan akar PKI (Mikania
micrantha) ini digunakan untuk mengobati penyakit infeksi. Tumbuhan gulma
ini secara empiris digunakan sebagai penanganan penyakit tukak, borok,
gatal-gatal, kudis dan penyakit kulit lainnya. Dari penelusuran literature
belum banyak penelitian menegnai tumbuhan Mikania
micrantha ini. Literatur yang ada hanya membahas penanganan tumbuhan
sebagai gulma yang mengganggu tanaman budi daya karena sifat allelopati tumbuhan ini terhadap tanaman
lain (Huang, 2009; Zhang, 2002).
Tujuan
penelitian ini adalah melakukan uji sitotoksisitas terhadap tumbuhan akar PKI
dengan menggunakan metode Brine Shrimp
Lethality (BSLT) dengan menggunakan larva udang laut Artemia Salina Leach.
METODOLOGI
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah kista
udang Artemia salina Leach, air laut, metanol, dimetilsulfoksida (DMSO),
ekstrak. Ekstraksinya menggunakan pelarut n-Heksan,
Etil asetat dan Metanol
Alat Penelitian
Seperangkat
alat pembiakan larva udang Artemia salina Leach (wadah gelap, aerasi,
lampu dengan intensitas cahaya rendah), vial, pipet mikro, timbangan analitik,
pipet tetes, kaca pembesar.
Jalannya Penelitian
Pada pengujian ini digunakan
sampel kering tumbuhan akar PKI (Micania
micrantha H.B.K). Sampel dikering anginkan, kemudian dihaluskan dengan blender sehingga
didapat serbuk halus. Serbuk halus tersebut ditimbang 1 kg selanjutnya dimaserasi dengan n-Heksana, Etil asetat dan Metanol
selama 3 x 3 hari dalam botol kaca berwarna gelap. Hasil maserasi disaring dan
diekstrak sehingga diperoleh ekstrak kental n-Heksana sebanyak 23,04 gr, ekstrak
Etil Asetat sebanyak 62,85 gr, ekstrak Metanol sebanyak 97,43 gr.
Kista
udang Artemia salina Leach ditetaskan dalam wadah pembiakan yang berisi
air laut, dan digunakan setelah 48 jam setelah membentuk larva. Vial uji dikalibrasi
sebanyak 5 ml. Pengujian dilakukan dengan konsentrasi 1000, 100, 10 μg/ml dengan
pengulangan masing-masing tiga kali. Sebanyak 40 mg ekstak uji dilarutkan dalam
4 ml methanol maka didapat larutan induk ekstrak uji dengan kosentrasi 10.000 mg/ml,
kemudian larutan induk dengan
konsentrasi 10.000 mg/ml tersebut dipipet sebanyak 0,5ml ke dalam vial uji hingga nantinya didapat
konsentrasi 1000 mg/ml setelah penambahan air laut hingga 5 ml.
Pembuatan konsentrasi 100 mg/ml
dengan cara pengenceran larutan induk 10.000 mg/ml
sebanyak 0,5 ml ditambahkan methanol hingga 5 ml maka diperoleh kosentrasi
ekstak uji 1000 mg/ml kemudian dipipet sebanyak 0.5 ml larutan ekstrak uji tersebut ke dalam vial
uji hingga nantinya didapat konsentrasi 100 mg/ml setelah
penambahan air laut hingga 5 ml.
Larutan konsentrasi 10 mg/ml
dibuat dari larutan uji 100 mg/ml dengan cara yang sama. Pelarut etanol pada vial uji dibiarkan menguap. Zat
uji dilarutkan kembali dengan 50 ml
DMSO, selanjutnya ditambahkan air laut hampir mencapai batas kalibrasi.
Masukkan larva udang pada masing-masing vial sebanyak 10 ekor. Tambahkan lagi
air laut beberapa tetes hingga batas kalibrasi, kematian larva udang diamati
setelah 24 jam. Dari data yang dihasilkan dihitung LC50 dengan metode kurva menggunakan tabel probit.
Untuk
kontrol, 50 ml
DMSO dipipet dengan pipet mikro ke dalam vial uji, ditambahkan air laut hampir
mencapai batas kalibrasi. Larva Artemia salina Leach 10 ekor dimasukkan
lagi air laut beberapa tetes hingga batas kalibrasi. Masing-masing konsentrasi dibuat
3 kali pengulangan (Meyer et al., 1982; Harefa, 1997).
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
Hasil
analisa probit pengujian sitotoksik ekstrak n-heksana
diperoleh nilai LC50 = 2,19
µg/ml, etil asetat
diperoleh nilai LC50 = 13,49 µg/ml dan Metanol diperoleh nilai LC50 = 2,19 µg/ml.
LC50
adalah konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian 50% hewan percobaan, selama
waktu tertentu. Pada metoda BSLT, sampel
uji dikatakan aktif jika LC50 kecil dari 1000 ppm. Sejauh ini metoda
penentuan LC50 ada 3 macam,
yaitu Metoda Kurva, Metoda Farmakope Indonesia dan Metoda Finney.
Uji aktivitas sitotoksik
dilakukan terhadap larva Artemia salina
Leach dengan menggunakan metoda (BSLT).
Pemilihan metoda ini sebagai penapisan awal dalam upaya pencarian senyawa
antikanker karena biaya percobaan yang murah, proses pengerjaan yang cepat,
sederhana, dan tidak diperlukan kondisi yang aseptis. Selain itu, larva Artemia salina Leach memiliki beberapa
keunggulan diantaranya mudah didapat, mudah dibiakkan dan dapat hidup pada
rentangan salinitas yang tinggi. Larva Artemia
salina Leach diperoleh dengan menetaskan telur selama 48 jam. Larva yang
telah menetas akan berenang ketempat yang terang. Hal ini akan dapat memudahkan
untuk pemisahan dan pengambilan hewan ini
yang telah berkembang menjadi larva.
Masing-masing
ekstrak yang akan diuji dibuat dalam kosentrasi 1000, 100, 10 μg/ml dalam
air laut. Pembuatan larutan uji menggunakan pelarut
organik metanol karena pelarut ini dapat melarutkan hampir semua senyawa dan
mudah menguap. Pelarut tersebut pada akhirnya nanti harus dibiarkan sampai
menguap sempurna agar tidak mengganggu pada pengujian toksisitas yang
dilakukan. Sebelum ditambahkan air laut ke dalam vial yang digunakan sebagai
wadah pengujian, terlebih dahulu ditambahkan DMSO (dimetil sulfoksida) untuk
dapat membantu kelarutan senyawa uji dalam air laut sehingga senyawa
dapat terdistribusi secara merata. Banyaknya DMSO yang ditambahkan adalah 50 µl,
karena jika lebih dari 50 µl akan dapat menyebabkan kematian pada larva udang,
sifatnya yang tidak terlalu toksik ini menjadi alasan dipilihnya DMSO untuk
membantu kelarutan senyawa dalam air laut.
Tabel 1. Hasil uji aktivitas sitotoksik ekstrak-ekstrak
Mikania micrantha
No |
Ekstrak |
Nilai LC50 |
1 |
n-heksana |
2,19 µg/ml |
2 |
Etil
Asetat |
13,49 µg/ml |
3 |
Metanol |
2,19 µg/ml |
KESIMPULAN
Hasil
analisa probit pengujian sitotoksik ekstrak n-heksana
diperoleh nilai LC50 =
2,19 µg/ml, Etil Asetat diperoleh nilai LC50 = 13,49 µg/ml, sedangkan Metanol
diperoleh nilai
LC50 = 2,19 µg/ml.
Pada hasil yang
diperoleh terlihat bahwa LC50 ekstrak Akar PKI ( Mikania micrantha ) lebih kecil dari 1000 ppm . Pada
metoda BSLT, sampel uji
dikatakan aktif jika LC50 kecil dari 1000 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Ayo, R.G, J.O. Amupitan, Y. Zhao, 2007, “Cytotoxicity and
Antimicrobial Studies of 1,6,8-trihidroxy-3-methyl-antraquinone (emodin)
Isolated from the Leaves of Cassia
nigricans vahl”, African Journal of
Biotechnology, 6(11), 1276-1279.
Anonim,
2006,
http/www.issg.org/database/haeringer/violaine/asp?si=18&Fr=1&sts=sss)
acced on 18 Nov 2006.
Krishnaraju,
A.V, Rao, T.V.N, Sundararaju, D, Vanisree, M, Tsay, H.S, Subbaraju, G.V, 2005,
“Assesment of Bioactivity of Indian Medicinal Plant Using Brine Shrimp (Artemia salina) Lethality Assay”, International Journal of Applied Science and
Engineering, 3(2), 125-134.
Lellau,
T. F, Liebezeit, G, 2003, “Cytotoxic and Antitumor Activities of Ethanolic
Extracts of Salt Marsh Plants from the Lower Saxonian Wadden Sea, Southern
North Sea” , Pharmaceutical Biologi,
41(4), pp 293-300
Meyer,
B, Ferrigni, N. R, Putnam L. J. E, Jacobsen, B, Nicholas, D, E
and, Laughin J. L. Mc, 1982, “Brine Shrimp: A convenient General Bioassay For
Active Plant Constituens”, J. of Medical
Plant Medica, 45, 31-34.
Pisutthanan,
S, P. Plianbangchang, N. Pisutthanan, S. Ruanruay, O. Muanrit, 2004, “Brine Shrimps Lethality Activity of
Thai Medicinal Plants in the Family Meliaceae”, Naresuan University Journal, 12(2),
13-14.