UJI AKTIVITAS REPELLENT FRAKSI N-HEKSAN EKSTRAK ETANOLIK DAUN MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) TERHADAP
NYAMUK AEDES AEGYPTI
Muhamad
Djatmiko, Yance Anas, dan Sri Murti Handayani
Fakultas Farmasi Universitas Wahid
Hasyim Semarang
ABSTRAK
Daun mimba dipercaya
masyarakat dapat menolak hinggapan nyamuk Aedes
aegypti, sehingga dapat digunakan sebagai repellent. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
aktifitas repellent fraksi n-heksan
ekstrak etanolik daun mimba terhadap nyamuk Aedes
aegypti, dan mengidentifikasi senyawa golongan terpenoid dalam fraksi
n-heksan tersebut.
Ekstrak
etanolik daun mimba dibuat dengan menggunakan metode Maserasi dan selanjutnya
difraksinasi dengan menggunakan pelarut n-heksan. Fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba
konsentrasi 10, 20, 40% dalam pelarut etanol dioleskan pada pergelangan tangan
bagian atas hingga ujung jari dan kemudian dimasukkan ke dalam sangkar
nyamuk. Tiap sangkar nyamuk berisi 30
ekor nyamuk Aedes aegypti betina
berumur 3-5 hari yang telah dipuasakan selama 24 jam. Pengujian dihentikan
apabila terdapat hinggapan nyamuk untuk pertama kalinya. Data yang diperoleh
berupa rata-rata waktu penolakan terhadap hinggapan nyamuk. Analisa statistik dilakukan terhadap data
waktu penolakan menggunakan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji
Mann-Whitney pada taraf kepercayaan 95%. Identifikasi senyawa aktif golongan
terpenoid dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba
mengandung senyawa aktif golongan terpenoid.
Pada konsentrasi 20 dan 40%, fraksi n-heksan tersebut memiliki aktivitas
sebagai repellent karena dapat
menolak hinggapan nyamuk Aedes aegypti secara
berturut-turut selama 329 dan 915 detik (5,48 dan15,25 menit).
Kata kunci : Repellent,
fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba, Aedes aegypti
PENDAHULUAN
Angka
kejadian penyakit demam berdarah (DBD) meningkat secara dramatis dalam 10 tahun
belakangan ini. Demam Berdarah Dengue disebabkan
oleh virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti (Satari dan Meiliasari, 2004). Saat ini, belum ada obat atau vaksin yang terbukti
efektif mengobati demam berdarah. Salah
satu cara untuk mencegah penularan penyakit ini adalah dengan mencegah
transmisi virus dengue penyakit yang ditularkan oleh serangga (Misni, dkk., 2008),
yaitu dengan menggunakan repellent
serangga. Repellent adalah suatu senyawa yang beraksi secara lokal, atau pada
jarak tertentu yang mempunyai kemampuan mencegah antropoda (termasuk nyamuk)
untuk terbang, mendarat atau menggigit pada permukaan kulit manusia (Nerio,
dkk., 2010). Penularan DBD hanya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes yang didalam sungutan ada virus demam berdarahnya (Nadesul,
2007). Hanya jenis betinanya saja yang menghisap darah manusia dan menularkan
virus dengue ke dalam tubuh manusia.
Salah satu upaya pencegahan yang
dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan menggunakan bahan
alami yang terdapat disekitar kita. Salah satu tanaman yang bisa digunakan
sebagai insektisida adalah tanaman mimba. Salah
satu komponen aktif dalam biji dan daun mimba adalah senyawa golongan terpenoid
azadirachtin yang diyakini memiliki daya bunuh terhadap serangga (Oesman dan
Rukmana, 2002).
Beberapa penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa
minyak atsiri dan senyawa golongan terpenoid memiliki aktivitas repellent terhadap serangga. Ekstrak
kulit buah jeruk nipis dalam sediaan lotion dengan konsentrasi 55% mengandung
senyawa golongan terpenoid dan dapat menolak nyamuk Aedes aegypti selama 36 menit 1 detik (Tesaviani, 2009). Pada
penelitian Choi, dkk. (2002), minyak atsiri Thymus vulgaris
(thyme) memiliki potensi aktivitas repellensia. Pada konsentrasi 0,05%, minyak
atsiri tersebut dapat menolak hinggapan nyamuk sebesar 91%. minyak atsiri T.vulgaris (thyme) memiliki kandungan 5
monoterpen yaitu thymol, p-cymene, carvacrol, linalool dan
α-terpentine. Monoterpen
α-terpinene memiliki aktifitas repellent
yang cukup poten dengan efek perlindungan terhadap hinggapan nyamuk Culex pipiens pallens sebesar 97 % pada
konsentrasi 0,05 %. Pada penelitian Jebanesan dan Rajkumar
( 2005), minyak atsiri dari tanaman Moschosma polystachyum pada konsentrasi 4% memberikan perlindungan 332,2 menit terhadap gigitan nyamuk Culex quinquefasciatus. Minyak
atsiri Solanum
xanthocarpum pada konsentrasi 8% memberikan
perlindungan 311,4 menit. Minyak atsiri tersebut mengandung terpenoid yang dapat menghasilkan
aktivitas repellent. Berdasarkan literatur di
atas, penelitian ini mencoba untuk melihat apakah fraksi n-heksan ekstrak
etanolik daun mimba yang diduga kaya akan senyawa aktif golongan terpenoid
memiliki aktivitas repellent terhadap
nyamuk Aedes aegypti, sehingga
ekstrak daun mimba diharapkan dapat digunakan sebagai repellent.
METODOLOGI
Bahan Penelitian
Bahan-bahan
yang digunakan dalam penelitian ini
berupa : daun mimba (kebun Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta); Nyamuk Aedes aegypti
betina, umur 3-5 hari (Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta); Soffel® dan bahan kimia lainnya (pharmaceutical grade) seperti etanol 70
%, n-heksan, terpineol, toluene, etil asetat, silica gel 60 F254, vanilin
asam sulfat.
Alat Penelitian
Peralatan yang
digunakan diantaranya adalah :
seperangkat alat gelas, oven
automatic thermo controller (mammert, type: IL-70-110/220 Volt max 3A
50/60), timbangan elektronik (AND GE 600 Japan), stopwatch, aspirator, sangkar
nyamuk berukuran 22 x 22 x 22 cm, pengayak serbuk no. 40., water bath
(Memmert).
Jalannya
Penelitian
1.
Determinasi Tanaman Mimba
Daun mimba diperoleh dari kebun Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Proses determinasi tanaman mimba (Azadirachta
indica A.Juss) dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan mengacu pada buku Flora of Java karangan Backer dan Van De
Brink (1968).
2.
Pengumpulan Simplisia
Daun mimba dikumpulkan pada saat daun mimba mulai
menua, dengan parameter daun yang berwarna hijau tua. Daun mimba
dicuci dengan air sampai bersih untuk menghilangkan pengotor lain yang melekat
pada daun, kemudian ditiriskan agar terbebas dari air cucian (Depkes RI,
1985).
3.
Pembuatan Fraksi N-heksan Ekstrak Etanolik Daun Mimba
Daun mimba segar seberat 8,5 kg
yang telah bersih, dikeringkan dalam oven dengan pengaturan suhu ± 50 ̊ C, selanjutnya diserbuk sehingga
didapatkan serbuk halus daun mimba sebanyak 1 kg. Serbuk selanjutnya dimaserasi
dengan pelarut etanol 70 %. Sisa pelarut ekstrak etanolik daun mimba
dikeringkan dengan cara diuapkan di atas waterbath
pada suhu 50 ̊C. Ekstrak etanolik kental daun mimba yang
didapatkan adalah seberat 187 gram.
Selanjutnya, ekstrak kental ini disuspensikan dengan menggunakan air
sebanyak 187 mL dan difraksinasi dengan pelarut n-heksan (1:1). Fraksinasi
dilakuan sebanyak tiga kali. Fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba
yang didapatkan adalah sebanyak 20,12
gram.
4.
Uji Aktivitas Repellent
Uji aktivitas repellent
fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba dilakukan dengan metode Fradin
dan Day (2002) yang dimodifikasi.
Sebelum pengujian, dilakukan penyiapan sangkar nyamuk berukuran (22 x 22
x 22) cm yang berisi 30 ekor nyamuk Aedes
Aegypti yang berumur 3-5 hari dan telah dipuasakan selama 1 hari. Setiap percobaan menggunakan nyamuk Aedes aegypty yang belum pernah dipakai
untuk uji aktifitas repellant senyawa
uji. Data penelitian berupa total waktu
penolakan senyawa uji terhadap hinggapan nyamuk Aedes aegypti (detik). Tangan yang sudah diolesi senyawa uji dimasukkan
ke dalam sangkar nyamuk selama 1 menit setiap 1 menit sampai 20 menit, apabila
nyamuk belum ada yang hinggap, maka tangan dimasukkan kembali ke dalam sangkar
nyamuk selama 1 menit setiap 15 menit.
Apabila nyamuk juga belum ada yang hinggap, maka selanjutnya tangan
dimasukkan kembali ke dalam sangkar nyamuk selama 1 menit setiap 1 jam. Dari
setiap percobaan tersebut dicatat waktu gigitan pertama kali. Pada penelitian ini, dilakukan replikasi
sebanyak tiga kali dan menggunakan 3 orang probandus yang berumur 19-26 tahun.
Kelompok perlakuan (senyawa uji) dibagi menjadi lima
kelompok. Kelompok I merupakan kelompok kontrol negatif (KN), kulit punggung
telapak tangan probandus hanya diolesi dengan etanol 70 %. Kelompok II adalah
kelompok kontrol positif (KP), kulit punggung telapak tangan probandus diolesi
dengan lotion Sofel® yang mengandung DEET 13 %. Kelompok III-V merupakan
kelompok senyawa uji (F1, F2 dan F3) dengan konsentrasi fraksi n-heksan ekstrak
etanolik daun mimba berturut-turut sebanyak 10%, 20% dan 40%.
5.
Identifikasi Senyawa Aktif Golongan Terpenoid
Identifikasi
senyawa aktif golongan terpenoid daun mimba dilakukan pada ekstrak etanolik
daun mimba dan fraksi n-heksan dengan menggunakan teknik kromatografi lapis
tipis (KLT). Fase diam yang digunakan adalah silica gel F254 dan
sebagai fase gerak digunakan pelarut toluene : etil asetat (93:7). Sebagai penampak bercak digunakan vanillin
asam sulfat, sinar UV 254 nm dan 366 nm.
Ekstrak etanolik dan fraksi n-heksan mimba dinyatakan mengandung senyawa
aktif golongan terpenoid apabila memberikan warna merah violet dengan penampak
bercak vanillin asam sulfat.
Selanjutnya, nilai Rf pada bercak yang berwarna merah violet
ini dihitung (Wagner, 1984). Sebagai pembanding digunakan terpineol.
6.
Analisa Data
Data
penelitian berupa total waktu penolakan senyawa uji terhadap nyamuk yang
hinggap (detik) dan profil KLT pada uji identifikasi senyawa aktif golongan
terpenoid. Senyawa uji dinyatakan memiliki efek repellent apabila data total
lama waktu penolakan terhadap hinggapan nyamuk aedes aegypti kelompok senyawa uji lebih lama dibandingkan kelompok
kontrol. Uji statistik yang digunakan
adalah uji Kruskal-Wallis dan Uji Mann-Withney pada taraf kepercayaan 95%. Data profil KLT pada identifikasi senyawa
aktif golongan terpenoid pada ekstrak etanolik dan fraksi n-heksan ekstrak
etanolik daun mimba dibahas secara deskriptif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Aktivitas Repellent
Fraksi n-Heksan Ekstrak Etanolik Daun Mimba
Uji
aktivitas repellent dari senyawa uji
dilakukan dengan mengamati total lama waktu penolakan terhadap hinggap nyamuk
pada pemukaan tangan probandus. Pada pengujian ini tangan probandus tidak
dimasukkan ke dalam sangkar terus menerus, melainkan dengan interval waktu
tertentu. Hal ini dikarenakan pemejanan
secara terus menerus akan mengakibatkan nyamuk kelelahan serta menginduksi blockade dari antena kemoreseptornya,
hal tersebut akan menyebabkan penolakan nyamuk untuk mengigit. Selama pengujian
tangan probandus tidak boleh ditambah dengan senyawa uji, tidak boleh dicuci
dan tidak boleh melawan apabila ada nyamuk yang akan hinggap. Data total waktu
lama penolakan terhadap hinggapan pertama nyamuk Aedes aegypti pada tangan naracoba tersaji pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram batang rata-rata total waktu
penolakan terhadap hinggapan nyamuk Aedes
aegypty perlakuan fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba, kontrol
negatif dan kontrol positif.
Keterangan :
* : Hasil
uji Mann-Withney menunjukkan perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol negatif
(p<0,05)
KN :
Kelompok perlakuan kontrol negatif (perlakuan dengan)
KP :
Kelompok perlakuan kontrol positif (Soffel)
F1 :
Kelompok perlakuan uji (konsentrasi 10%)
F2 :
Kelompok perlakuan uji (konsentrasi 20%)
F3 :
Kelompok perlakuan uji (konsentrasi 40%)
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata waktu penolakan terhadap hinggapan
nyamuk Aedes aegypti yang paling
cepat terlihat pada kelompok kontrol negatif, sedangkan yang paling lama
dicapai adalah pada kelompok kontrol positif (Soffel®), dengan
rata-rata total waktu penoloakan sebesar 4527 detik (1 jam 15,45
menit). Pada penelitian ini,
fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba konsntrasi 20% dan 40% terlihat
mempunyai aktifitas repellent karena
menolak hinggapan nyamuk selama 329,3 detik (5,48 menit) dan 915 detik (15,25 menit). Aktifitas repellent
fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba jauh lebih kecil dibandingkan
dengan Soffel® dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik
(p<0,05). Peningkatan konsentrasi
fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba memperpanjang efek repellent, karena dapat memperpanjang
waktu penolakan terhadap hinggapan nyamuk Aedes
aegypti. Hal ini disebabkan karena
kandungan senyawa aktif yang lebih tinggi dalam fraksi n-heksan ekstrak
etanolik daun mimba.
Dietiltoluamide
(DEET) merupakan repellent sintesis
yang memiliki spektrum luas dan telah digunakan secara luas di Eropa dan
Amerika Serikat setelah diperkenalkan pada tahun 1950-an. Akan tetapi, penggunaan DEET jangka panjang
dilaporkan telah menimbulkan berbagai efek samping yang merugikan, diantaranya adalah
hipotensi, terganggunya sistem pernafasan, depresi SSP, dan terkadang
mengakibatkan kematian. Penggunaan
secara topical terkadang dapat menimbulkan reaksi setempat, seperti urtikaria
dan kontak dermatitis (Goodyer dan Behrens, 1998). Oleh karena itu, beribu tamanan telah diuji
sebagai sumber potensial senyawa repellent.
Tanaman yang mengandung minyak atsiri dilaporkan mempunyai aktifitas sebagai repellent termasuk citronella, pohon
pinus, verbena, pennyroyal, geranium, lavender, mimba, buah pinus, dan lain
sebagainya (Fradin, 1998).
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba
memiliki aktivitas repellent terhadap
nyamuk Aedes aegypti betina dalam
kondisi laboratorium. Hasi identifitaksi menunjukkan bahwa, fraksi n-heksan
ekstrak etanolik daun mimba mengandung senyawa aktif golongan terpenoid.
Aktfitas repellent ekstrak etanolik
daun mimba jauh lebih kecil dibandingkan dengan DEET. Hal ini diakibatkan karena senyawa aktif yang
bertanggung jawab diduga kuat adalah senyawa golongan terpenoid. Senyawa golongan ini relatif lebih mudah
menguap dan cepat hilang dari tempat aplikasi.
Seperti halnya aktifitas repellent
dari minyak atsiri yang umumnya merupakan senyawa monoterpen dan sesquiterpen
memiliki aktifitas penolakan terhadap hinggapan nyamuk yang rendah dan efek
tersebut relatif cepat hilang. Senyawa
monoterpen yang telah terbukti memiliki efek repellent terhadap nyamuk diantaranya adalah α–pinen, cineol,
eugenol, limonene, terpinolen, citronellol, citronellal, camphor dan timol.
Begitu juga dengan senyawa sesquiterpen, seperti β–cariopillen (Nerio,
dkk., 2010).
Banyak
faktor yang berperan dalam menentukan efektifitas repellent, diantaranya adalah frekuensi dan pemakian yang tidak
merata, jumlah dan jenis organisme yang akan menggigit, ketertarikan serangga/anthropoda
penghisap darah terhadap individu, dan aktifitas calon individu potensial yang
akan menjadi korban. Pengikisan oleh
pakaian, penguapan dan absorpsi melalui permukaan kulit, tercuci karena
keringat atau air hujan, temperatur yang tinggi dan kecepatan aliran angin di lingkungan
akan mengurangi efektifitas repellent.
Saat ini repellent yang tersedia
harus diaplikasikan pada seluruh area permukaan kulit yang terbuka. Kulit yang tidak terlindungi beberapa
centimeter saja dari area yang dioleskan dengan repellent dapat diserang oleh nyamuk yang dalam kondisi lapar
(Fradin, 1998).
Repellent
botani yang lebih lama adalah soybean oil
dapat memberikan proteksi terhadap nyamuk selama 3,5 jam. Sebuah repellent dikatakan ideal apabila repellent tersebut memiliki daya repellent terhadap banyak spesies,
efektif selama 8 jam, tidak menyebabkan iritasi, tidak bersifat toksis secara
sistemik, tidak mudah hilang di kulit, tidak lengket dan tidak meninggalkan bau
yang mengganggu (Fradin, 1998).
Identifikasi Senyawa Golongan Terpenoid
Identifikasi
senyawa aktif daun mimba dilakukan 2 kali yaitu pada ekstrak etanol daun mimba
dan fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun mimba yang memiliki
potensi sebagai repellent terhadap
nyamuk Aedes aegypti. Identifikasi
senyawa aktif dalam ekstrak etanolik daun mimba dan fraksi n-heksan ekstrak
etanolik daun mimba hanya senyawa terpenoid saja karena yang diduga sebagai repellent pada daun mimba.
Identifikasi
dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Fase diam yang digunakan
adalah silikagel 60 F254 dan fase gerak campuran toluen dan etil
asetat dengan perbandingan 93:7. Pembandingnya menggunakan terpineol dan yang
digunakan sebagai penampak bercak adalah pereaksi vanilin asam sulfat.
Pengamatan bercak dilakukan di bawah sinar UV 254, 365 nm dan sinar visible
(Wagner, 1984). Hasil kromatogram dapat
dilihat pada Gambar 2.
A B
Gambar 2. Kromatogram identifikasi senyawa aktif golongan terpenoid
dalam (A) ekstrak etanolik daun mimba, (B) fraksi n-heksan ekstrak etanolik
daun mimba
Hasil
kromatogram ekstrak etanolik daun mimba dan fraksi n-heksan ekstrak etanolik
daun mimba di bawah sinar UV 254 nm menunjukkan bercak berwarna hijau
kehitaman, dan pada pengamatan di bawah sinar UV 365 nm terlihat bercak
berwarna biru muda. Pengamatan bercak di
bawah sinar visibel menghasilkan lebih dari satu bercak berwarna merah
violet. Warna bercak tersebut menyerupai
warna bercak pembanding yang digunakan (terpeneol).
Bercak
terpenoid ekstrak etanolik daun mimba terdeteksi dengan nilai Rf pada 0.19 ; 0.40 ; 0.85 ;
0.98. Pada fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba, bercak terpenoidnya
terdeteksi dengan nilai Rf sebesar 0.40 ; 0.58 ; 0.82 ; 0.98. Hasil tersebut
mendekati bercak terpineol. Hal ini menunjukan di dalam ekstrak etanolik daun
mimba dan fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba terdapat berbagai senyawa
terpenoid yang diduga kuat memiliki
aktivitas repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti.
KESIMPULAN
1.
Fraksi n-heksan
ekstrak etanolik daun mimba memiliki aktivitas repellent terhadap nyamuk Aedes
aegypti.
2.
Waktu penolakan paling lama yang dimiliki oleh fraksi
n-heksan ekstrak etanolik daun mimba terhadap nyamuk Aedes aegypti adalah pada konsentrasi 40% dengan rata-rata waktu 915 detik (15,25 menit).
3.
Fraksi n-heksan
ekstrak etanolik daun mimba mengandung senyawa aktif golongan terpenoid yang
diduga kuat sebagai salah satu senyawa aktif yang bertanggung jawab terhadap
aktifitas repellent daun mimba.
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C.A., Van De Brink, R.C.B. 1968, Flora of Java. Vol III. Noordhof N.V.
Gronigen. The Nether Lands.
Choi, W.S., Park
B.S., Ku S.K., Lee S.E,
2002, Repellent activities of essential oils and monoterpenes againts Culex
pipiens pallens, J. Am. Msog. Control.
Assoc. 18 (4): 348-351.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Fradin, M.S., 1998, Mosquitoes and Mosquito Repellents: A Clinician's
Guide, Ann Intern Med. 128 :
931-940.
Fradin, M.S., dan Day, J.F. 2002. Comparative Efficacy of Insect
Repellent against mosquito Bites. N.
Eng. J. Med, 347 : 13-18.
Goodyer, L. dan Behrens, R.H., 1998,
Short Report : The Safety anf Toxicity
of Insect Repellent, Am. J. Trop. Med.
Hyg., 59(2), : 323–324
Jebanesan,
A. and Rajkumar, S., 2005, Repellency of volatile oils from Moschosma polystachyum and Solanum xanthocarpum againts filarial
vector Culex quinquefasciatus Say, Trop. Biomed, 22
(2) : 139-142.
Misni, N.,
Sulaiman, S., and Othman, H., 2008, The Repellent Activity of Piper aduncum
Linn (Family:
Piperaceae) Essential Oil against Aedes aegypti Using Human Volunteers, J Trop Med Parasitol, 31(2)
: 63-69.
Nadesul, H, 2007, Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah, Kompas,
Jakarta.
Nerio, L.S., Olivero-Verbel, J., and Stashenko, E.,
2010, Repellent Activity of
Essential Oils: A Review, Bioresour. Technol, 101 : 372–378
Oesman,
Y., dan Rukmana R., 2002, Nimba Tanaman
Penghasil Pestisida Alami, Kanisius, Yogyakarta.
Satari, H.
dan Meiliasari, M., 2004, Demam
Berdarah Perawatan di Rumah dan Rumah Sakit.Plus menu, Puspa swara,
Jakarta.
Tesaviani,
K., 2009, Daya Repelan Ekstrak Kulit Buah
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)
dalam Sediaan Lotion Terhdap Nyamuk Aedes
aegypti, Skripsi, Fakultas
Kedokteran UGM, Yogyakarta.
Wagner, H., 1984, Plant Drug Analysis a Thin Layer Chromatography Atlas, Spinger-Verlag,
Berlin Hedelberg New York.