OPTIMASI FASE GERAK PADA ANALISIS
CAMPURAN CIPROFLOXACIN HCL DAN METRONIDAZOL
MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
1Aqnes Budiarti, 2Ibnu Gholib
Gandjar
1Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
2Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta
ABSTRAK
Penggunaan ciprofloxacin (CIP)
untuk terapi penyakit infeksi saat ini sering dikombinasi dengan obat anti
bakteri lain karena keterbatasannya melawan bakteri anaerob, salah satunya
dengan metronidazol (MDZ). CIP berada dalam bentuk kationik pada kondisi asam
(pH kurang dari 4,68) sehingga akan berikatan dengan residu silanol yang
bermuatan negatif pada pH di atas 3,0, akibatnya dapat menyebabkan tailing. Hal ini dapat dicegah dengan
penambahan reagen pasangan ion yang akan berikatan dengan residu silanol.
Reagen pasangan ion yang sering digunakan dalam analisis senyawa kationik
adalah amin tersier, seperti trietilamin (Anonim, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengoptimasi fase gerak pada analisis campuran CIP.HCl dan MDZ menggunakan KCKT
dengan penambahan trietilamin sebagai reagen pasangan ion. Fase diam yang
digunakan adalah C18 dan fase gerak berupa campuran dapar fosfat
0,05 M dan asetonitril dengan perbandingan sesuai dengan hasil optimasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemisahan optimum diperoleh pada
fase gerak berupa campuran dapar
fosfat 0,05 M pH 3,5 dan asetonitril (80: 20, v/v) dengan kecepatan laju alir
1,2 mL/menit dan kadar trietilamin 0,05 Molar.
Kata kunci : Optimasi fase gerak, ciprofloxacin HCl,metronidazol,Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
PENDAHULUAN
CIP merupakan antibiotik golongan kuinolon yang
paling luas penggunaannya dengan aktivitas melawan bakteri Gram positif dan
Gram negatif. Penggunaan CIP untuk
terapi penyakit infeksi saat ini sering dikombinasi dengan obat anti bakteri
lain karena keterbatasannya melawan bakteri anaerob. Infeksi yang disebabkan
oleh campuran bakteri aerob dan anaerob misalnya pada intra abdominal membutuhkan
terapi kombinasi (Hermsen dkk., 2005). Kombinasi CIP dengan metronidazol MDZ
yang merupakan anti bakteri anaerob sering digunakan secara klinik.
Vega dkk. (1999) telah melakukan validasi metode
analisis kuantitatif campuran sediaan intravena CIP.HCl dan MDZ menggunakan
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik dengan detektor UV-Vis.
Fase diam yang digunakan adalah C18 dan fase geraknya berupa
campuran dapar fosfat 0,1 M pH 3,3 + 0,1 dan asetonitril (80: 20, v/v).
Metode yang divalidasi dapat memisahkan CIP.HCl dan MDZ (resolusi atau R =
2,03) dengan waktu retensi masing-masing sebesar 6,54 menit dan 4,49 menit.
Meskipun demikian, masih terlihat adanya tailing
pada puncak kromatogram CIP.HCl.
Elkady dan Mahrouse (2011) menetapkan kadar CIP.HCl dan
MDZ dalam sediaan tablet Ciprodiazole produksi Minapharm Pharmaceuticals Cairo
menggunakan KCKT fase terbalik dengan detektor UV pada 280 nm. Fase diam berupa
C18 dengan fase gerak terdiri atas campuran dapar fosfat 0,05 M pH
3,0 dan asetonitril (65: 35, v/v). Pada penelitian ini ditambahkan sodium
oktansulfonat (SOS) 0,05 M ke dalam fase gerak sebagai reagen pasangan ion
untuk mencegah terjadinya tailing
pada puncak CIP.HCl dan memperbaiki resolusi. Penelitian ini dapat memisahkan
CIP.HCl dan MDZ secara baik (R = 6,26) dengan waktu retensi masing-masing 5,41
menit dan 3,47 menit.
CIP berada
dalam bentuk kationik pada kondisi asam (pH kurang dari 4,68) sehingga akan
berikatan dengan residu silanol yang bermuatan negatif pada pH di atas 3,0,
akibatnya dapat menyebabkan tailing.
Hal ini dapat dicegah dengan penambahan reagen pasangan ion yang akan berikatan
dengan residu silanol. Reagen pasangan ion yang sering digunakan dalam analisis
senyawa kationik adalah amin tersier, seperti trietilamin (Anonim, 2010).
Penggunaan
trietilamin untuk mengurangi tailing
pada puncak kromatogram CIP.HCl telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sachan
dkk. (2010) menetapkan kadar CIP.HCl dan ofloksasin menggunakan KCKT fase
terbalik dengan fase gerak yang mengandung trietilamin 1 %, v/v. Penambahan zat
ini menghasilkan nilai faktor tailing
1,2 pada puncak CIP.HCl. Muchohi dkk.
(2011) juga menambahkan trietilamin pada
fase gerak untuk menetapkan kadar CIP.HCl dalam plasma darah menggunakan KCKT
fase terbalik. Nilai faktor tailing
pada puncak kromatogram CIP.HCl yang dihasilkan adalah 1,05.
Meskipun demikian,
pengembangan metode untuk analisis campuran CIP.HCl dan MDZ secara simultan
menggunakan KCKT dengan penambahan trietilamin sebagai reagen pasangan ion
belum pernah dilakukan. Penetapan kadar CIP.HCl dan MDZ secara simultan sangat
berguna untuk pengembangan sediaan obat yang mengandung campuran kedua obat
ini, mengingat di Indonesia belum ada sediaan tersebut.
METODOLOGI
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan
adalah tablet
yang mengandung CIP.HCl 500 mg dan MDZ 500 mg, baku pembanding Ciprofloxacin
HCl anhidrat (Zhejiang Guobang Pharmaceutical Co., LTD, China), baku pembanding
Metronidazole EP 5 (Wuhan Wuyao Pharmaceutical Co., LTD, China), trietilamin (Merck). Pereaksi derajat
pro analisis (Merck)
diantaranya: natrium dihidrogen fosfat, asam fosfat dan metanol. Pelarut
asetonitril derajat KCKT (Merck)
dan air suling (PT. Otsuka Indonesia).
Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan adalah seperangkat KCKT (Knauer) yang dilengkapi
dengan detektor UV Spectra System
(UV-6000 LP), Chromgate 3.1.4 software, Rheodyne Loop
Injector 20 μL, Kolom KCKT: C18 (Waters) (150 x 3,9 mm, 5
μm) dan C8 (Nova-Pak) (150 x 4,6 mm, 10 μm), penyaring
membran 0,45 μm, penyaring membrane 0,2 μm (GVS), kertas saring
(Whatman No. 41), Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-1700), pH meter (Hanna
pH 21I), pompa vakum, penangas ultrasonik (Branson 1510), timbangan analitik
(Mettler Toledo AB 204-5, kepekaan 0,1mg), pipet mikro ukuran 50 – 200 μL
(Gilson) dan ukuran 200 – 1000 μL (Gilson), serta alat-alat gelas yang
lazim digunakan di laboratorium analitik.
Jalannya Penelitian
1.
Pembuatan Larutan
Stok Baku CIP HCl
2.
Pembuatan Larutan
Stok Baku MDZ
3.
Pembuatan Larutan
Dapar Fosfat 0,05 M
4.
Pembuatan fase
gerak
5.
Penentuan Panjang
Gelombang
6.
Pengukuran Sistem
KCKT yang akan dioptimasi
7.
Optimasi Laju
Alir, PH, dan komposisi Fase Gerak
8.
Optimasi kadar
trietilamin
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum
Hasil scanning larutan campuran CIP.HCl dan MDZ dalam fase gerak (dapar
fosfat dan asetonitril) dengan perbandingan 75: 25, v/v, masing-masing
menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang 279,5nm dan 319,8 nm.
Sedangkan hasil gabungan spectra kedua senyawa menunjukkan titik potong pada
panjang gelombang 297,7 nm. Panjang gelombang inilah yang digunakan untuk
analisis kedua zat dengan KCKT. Hasil scanning dapat dilihat pada Gambar 1 di
bawah ini.
Gambar 1. Spektrum overlay CIP 279,5 nm dan MDZ
319,8 nm Optimasi Fase Gerak
Sistem
KCKT yang digunakan untuk optimasi kondisi fase gerak adalah sebagai berikut:
Fase gerak |
Campuran dapar fosfat 0,05 M dan asetonitril dengan
perbandingan 80: 20, v/v. |
Fase diam |
C18 (Merck)
(100 x 4,6 mm, 10 μm) |
Laju alir |
1,2 mL/menit |
Volume injeksi |
20 µL |
Suhu operasional |
30°C |
Detektor |
UV 297 nm |
Hasil optimasi kondisi KCKT
dengan parameter meliputi waktu retensi, resolusi atau keterpisahan (Rs),
efisiensi (N) dan efisiensi kolom (HETP) dari berbagai variasi komposisi dan
kecepatan alir fase gerak. Prioritas
pertama pemilihan metode adalah nilai resolusi yang dihasilkan yaitu Rs >
1,5. Nilai ini menunjukkan bahwa kedua puncak terpisah secara sempurna.
Prioritas kedua adalah waktu retensi, semakin cepat maka akan semakin baik
karena waktu analisis yang diperlukan akan semakin cepat.
Optimasi pH fase gerak dapat
dilihat pada tabel IV. Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa fase gerak yang
mengandung dapar fosfat pH 3,5 memiliki jumlah lempeng teoritis (N) terbesar
dan nilai HETP terkecil dibandingkan yang lainnya. Kromatogram pada
masing-masing pH dapar fosfat dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Optimasi pH Fase Gerak
Tabel IV. Hasil
Optimasi PH Fase Gerak
pH Fase Gerak dapar fosfat
0,05 M: ACN (80: 20, v/v) |
Waktu retensi |
N |
HETP |
Rs |
Ket |
|
MDZ |
CIP |
|||||
3,0 |
1,870 |
3,143 |
7,45 |
13,42 |
2,09 |
|
3,5 |
2,083 |
4,057 |
46,52 |
2,15 |
2,56 |
Optimum |
4,0 |
2,227 |
4,160 |
26,56 |
3,9 |
2,72 |
|
Hasil optimasi laju alir fase
gerak pada Tabel V dapat dilihat bahwa fase gerak dengan komposisi dapar fosfat
0,05 M PH 3,5: asetonitril (80: 20) dengan laju alir 1,4 mL/menit memiliki jumlah
lempeng teoritis terbesar dan HETP terkecil dibandingkan yang lainnya. Namun
pada laju alir ini luas kromatogran CIP dan MDZ paling kecil sehingga bukan
kondisi yang optimum. Dengan demikian, laju alir 1,2 mL/menit yang digunakan
sebagai kondisi optimum. Kromatogram masing-masing laju alir dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Optimasi Laju Alir Fase Gerak
Tabel V. Hasil
Optimasi Laju Alir Fase Gerak
Laju alir Fase
Gerak dapar fosfat
0,05 M pH 3,5: ACN (80: 20, v/v) |
Waktu retensi |
N |
HETP |
Ket |
|
MDZ |
CIP |
||||
1,0 |
2,463 |
4,503 |
184,64 |
0,54 |
|
1,2 |
2,083 |
4,057 |
186,09 |
0,54 |
Optimum |
1,4 |
1,847 |
3,963 |
186,79 |
0,535 |
|
Optimasi komposisi fase gerak
dapat dilihat pada Gambar 4 yang dijabarkan pada Tabel IV.
Gambar 4. Optimasi Komposisi Fase Gerak
Tabel VI.
Optimasi Komposisi Fase Gerak
Komposisi Fase
Gerak (dapar fosfat
pH 3,5 0,05 M: ACN) dan laju alir 1,2 mL/menit |
Waktu retensi |
Rs |
Ket |
|
MDZ |
CIP |
|||
70:
30 |
1,380 |
1,493 |
1,38 |
|
75:
25 |
1,707 |
2,310 |
0,98 |
|
80:
20 |
1,907 |
3,460 |
1,87 |
Optimum |
85:
15 |
2,443 |
8,170 |
2,89 |
|
Berdasarkan tabel VI terlihat
bahwa pada fase gerak dengan komposisi dapar fosfat 0,05 M pH 3,5:
asetonitril (85: 15, v/v) memiliki nilai
resolusi paling besar. Namun, berdasarkan kromatogram, puncak CIP paling lebar
sehingga kondisi optimum dicapai pada perbandingan 80: 20.
Optimasi kadar trietilamin
sebagai reagen pasangan ion tersaji pada tabel VII. Kromatogram masing-masing kadar dapat dilihat
pada gambar 5. Berdasarkan tabel VII dapat dilihat bahwa trietilamin kadar 0,05
M merupakan kondisi yang optimum dengan nilai faktor tailing (T) = 1,61
Gambar 5. Optimasi Kadar Trietilamin
Tabel IV. Hasil
Optimasi PH Fase Gerak
Kadar
Trietilamin Pada Fase Gerak dapar fosfat
pH 3,5 0,05 M: ACN (80: 20, v/v) dan laju alir 1,2 mL/menit |
Waktu retensi |
T |
Ket |
|
MDZ |
CIP |
|||
0,0025 |
3,050 |
12,800 |
-- |
|
0,005 |
2,250 |
4,410 |
1,60 |
Optimum |
0,01 |
2,150 |
3,153 |
1,67 |
|
KESIMPULAN
Kondisi
optimum fase gerak untuk analisis
campuran CIP.HCl dan MDZ diperoleh pada
fase gerak berupa campuran dapar fosfat
0,05 M pH 3,5 dan asetonitril (80: 20, v/v) dengan kecepatan laju alir 1,2
mL/menit dan kadar trietilamin 0,05 Molar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Ion Pair
Reagent for HPLC, http://www.tciamerica.com/useful-info/product-lit/A1084E.pdf, diakses tanggal 27 Juni 2011..
Elkady, E.F. and
Mahrouse, M.A., 2011, Reversed-Phase Ion-Pair HPLC and TLC-Densitometric
Methods for the Simultaneous Determination of Ciprofloxacin Hydrochloride and
Metronidazole in Tablets, Chromatographia,
73, 297-305.
Hermsen, E.D., Hovde, L.B., Sprandel, K.A., Rodvold, K.A.,
and Rotschafer, J.C., 2005, Levofloxacin Plus Metronidazole Administered Once
Daily Versus Moxifloxacin Monoterapy Against a Mixed Infection of Esherichia
coli and Bacteriodes fragilis in an In Vitro Pharmacodynamic Model, Antimicrob.Agents.Chemother., 49 (2), 685-689.
Muchohi, S.N., Thuo,
N., Karisa, J., Muturi, A., Kokwaro, G.O., 2011, Determination of Ciprofloxacin
in Human Plasma Using High-Performance Liquid Chromatography Coupled with
Fluorescence Detection ; Application to a Population Pharmacokinetics Study in
Children with Severe Malnutrition, J.Chromatogr.B.,
879, 146-152.
Sachan, N., Chandra,
P., Saraf, S.K., Gupta, R.C., 2010. Novel Method for Simultaneous Estimation of
Ciprofloxacin Hydrochloride and Ofloxacin by Reverse Phase-High Performance
Liquid Chromatography (RP-HPLC), Int.J.Pharm.Sci.Res.,
1 (7), 100-107.
Vega, E., Dabbene, V.,
Nasseta, M., Sola, N., 1999, Validation of a Reversed-Phase LC Method for
Quantitative Analysis of Intravenous Admixtures of Ciprofloxacin and
Metronidazole, J.Pharm.Biomed.Anal., 21, 1003-1009.