PERBANDINGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET (UV) DAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) PADA PENETAPAN
KADAR NATRIUM DIKLOFENAK
, 1Kiki Rizqi Amalia 2Sumantri, 1Maria Ulfah
1Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
2Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
ABSTRAK
Beberapa metode analisis telah
dikembangkan untuk menentukan kadar natrium diklofenak, diantaranya dengan metode
spektrofotometri UV dan KCKT
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Metode spektrofotometri UV dan KCKT
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar natrium diklofenak secara
spektrofotometri UV dan KCKT dalam hal ketepatan,
ketelitian dan sensitivitas.
Penetapan kadar natrium
diklofenak dianalisis dengan metode
spektrofotometri UV dengan
melakukan penentuan
panjang gelombang maksimal, penentuan operating
time, pembuatan kurva baku, pengukuran serapan sampel, perhitungan kadar
natrium diklofenak dalam sampel. Sedangkan metode KCKT dengan melakukan optimasi instrumen dan
optimasi fase gerak,
identifikasi natrium diklofenak dalam sampel, pembuatan kurva baku, pengamatan
kromatogram sampel, perhitungan kadar natrium diklofenak dalam sampel. Pelarut
yang digunakan
adalah aquabidestilata dan fase
gerak yang digunakan adalah campuran asetonitril dan buffer fosfat 0,01 M pH 3,5.
Sedangkan fase diam yang digunakan adalah Oktadesil Silikat (ODS) C18
(4,6x150mm). Data kadar yang diperoleh dari masing-masing metode dibandingkan
ketepatan, ketelitian dan sensitivitas dari dua metode tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kadar
rata-rata natrium diklofenak secara
Spektrofotometri UV adalah
17,9 µg/ml. Sedangkan secara KCKT adalah 17,3 µg/ml. Kadar rata-rata natrium diklofenak dalam sampel secara
spektrofotometri UV dan KCKT memenuhi
persyaratan Farmakope Indonesia yaitu memiliki nilai rekoveri yang masih dalam
range 90,0 % -110 % dan memiliki nilai CV < 5%. Akan tetapi metode KCKT
memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan metode Spektrofotometri UV.
Kata kunci: Spektrofotometri UV, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Natrium Diklofenak
PENDAHULUAN
Banyak obat yang beredar di
pasaran berada dalam bentuk kombinasi diantaranya adalah golongan obat
antiinflamasi non steroid (AINS). Peredaran obat di masyarakat harus dilengkapi
dengan adanya suatu kontrol kualitas obat, salah satunya dengan pengukuran analitik yang
meliputi pengukuran konsentrasi.
Penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Sznitowska and
Stokrocka (2007), Lohe et al (2008), dan Khaskheli et al (2009) menyebutkan bahwa analisis natrium diklofenak dengan
metode spektrofotometri UV memiliki
validitas yang tinggi serta mudah dilakukan. Natrium diklofenak juga dapat dianalisis dengan
menggunakan metode KCKT. Shafiee
et al (2003), Demircan et al (2005), Hanysova et al (2005), Emami et al (2007), dan Kasperek (2008) mengembangkan metode analisis
natrium diklofenak secara KCKT.
Penelitian terdahulu
juga telah dilakukan
untuk membandingkan metode
pada penetapan
kadar suatu zat secara spektrofotometri
ultraviolet (UV) dan KCKT. Pada sirup oleh Wardani
(2011), dan pada Soft drink oleh Nesya (2011), menyebutkan bahwa analisis penetapan
kadar suatu zat dengan metode spektrofotometri UV memiliki validitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode KCKT. Pada penelitian ini, penulis meneliti
perbandingan metode Spektrofotometri Ultraviolet (UV) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada penetapan
kadar natrium diklofenak.
METODOLOGI
Bahan
Penelitian
Bahan yang digunakan untuk uji KCKT adalah natrium diklofenak p.a. (Merck), Asetonitril p.a (Merck), KH2PO4 0.01 M, Asam ortofosfat dan aquabidestilata (Ikapharmindo) sebagai fase gerak, serta fase diam Oktadesil Silikat (ODS)
C18 (4,6x150mm). Sedangkan untuk
uji Spektrofotometri UV adalah
natrium diklofenak p.a. (Merck), dan
aquabidestilata (Ikapharmindo)
Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
instrumen KCKT (Waters ec 2695), Spektrofotometer (Genesys 10w), vortex Thermolyne (M 37610-26), timbangan analitik (Mettler toledo TE
214 S, kepekaan d = 0,1), Ultrasonic bath (Branson
5510), stopwatch, mikropipet berbagai ukuran serta
peralatan gelas yang lazim digunakan.
Jalannya Penelitian
1.
Penetapan kadar natrium diklofenak secara Spektrofotometri UV (Rohman dan Sumantri, 2006)
a.
Penentuan panjang gelombang maksimal
Natrium diklofenak
ditimbang 50,0 mg, dimasukkan dalam
labu takar 100,0 ml, kemudian ditambah
aquabidestilata sampai batas tanda (kadar 500 µg/ml sebagai larutan stok), diambil 1,0; 1,25; 1,5; 1,75; 2,0; 2,25; 2,5 ml kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu takar 50,0 ml kemudian ditambah aquabidestilata sampai batas
tanda. Serapan dibaca pada panjang gelombang antara 260-290 nm.
b.
Penentuan operating
time
1)
Natrium diklofenak ditimbang 50,0 mg, dimasukan
dalam labu takar 100,0 ml, ditambah aquabidestilata
sampai batas tanda (kadar 500 µg/ml), diambil sebanyak
1,0 ml, larutan dimasukkan ke dalam labu takar 50,0 ml, ditambah aquabidestilata
sampai batas tanda.
2)
Serapannya dibaca
pada panjang gelombang maksimal pada menit ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40,
45, 50, 55, 60.
3)
Serapan yang
tetap dicatat dan digunakan sebagai ukuran waktu pembacaan
absorbansi pada pembuatan kurva baku dan penetapan kadar sampel.
c.
Pembuatan kurva baku
1)
Pembuatan seri larutan baku
Natrium
diklofenak ditimbang 50,0 mg, dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml, kemudian ditambah aquabidestilata sampai batas tanda (kadar 500 µg/ml sebagai
larutan stok), diambil 1,0; 1,25; 1,5; 1,75;
2,0; 2,25; 2,5 ml kemudian larutan
dimasukkan ke dalam labu takar 50,0 ml kemudian
ditambah aquabidestilata sampai batas tanda
2)
Kemudian dibuat
kurva Y = bX + a, dimana Y sebagai nilai dari hasil absorbansi dan X
adalah sebagai kadar terukur.
d.
Pengukuran serapan sampel
1)
Ditimbang dengan
saksama natrium diklofenak 50,0 mg dan laktosa sampai 70,0 mg, campur sampai homogen, Campuran serbuk dilarutkan dalam aquabidest sampai
100,0 ml
(kadar 500 µg/ml), Larutan natrium diklofenak 500
µg/ml diambil 1,0; 1,25; 1,5; 1,75; 2,0; 2,25;
2,5 ml kemudian larutan dimasukkan ke
dalam labu takar 50,0 ml kemudian ditambah
aquabidestilata sampai batas tanda. Larutan sampel diukur absorbansinya pada
spektrofotometer sesuai dengan panjang gelombang maksimal dan operating time yang sudah ditentukan.
2)
Data absorbansi
yang didapat dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku untuk
mendapatkan kadar natrium diklofenak dalam sampel. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.
e.
Perhitungan kadar
natrium diklofenak dalam sampel
Kadar natrium diklofenak dapat diketahui berdasarkan persamaan kurva baku:Y = bX + a, dengan Y nilai absorbansi dan X adalah kadar terukur.
2.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT)
a.
Optimasi Instrumen KCKT dan
Optimasi fase gerak
Preparasi instrumen KCKT meliputi pengaturan sistem
KCKT yaitu penetapan panjang gelombang maksimal, waktu alir dan tekanan pompa
yang akan digunakan. Fase gerak yang digunakan adalah
campuran asetonitril ( for HPLC)
dan buffer
fosfat 0,01 M pH 3,5 dengan perbandingan 70:30. Untuk 500 ml fase gerak diperlukan 350 ml asetonitril
dan 150 ml buffer fosfat.
b.
Identifikasi natrium diklofenak
dalam sampel
Identifikasi
natrium diklofenak dilakukan dengan menggunakan seri kadar 10,0; 12,5; 15,0; 17,5; 20,0; 22,5 dan 25,0 µg/ml.
Natrium diklofenak ditimbang secara saksama sebanyak 50,0 mg, kemudian
dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml dilarutkan dengan aquabidestilata sampai
batas tanda (kadar 500 µg/ml sebagai larutan stok). Dari larutan 10,0; 12,5; 15,0; 17,5; 20,0; 22,5 dan 25,0 µg/ml, larutan tersebut diinjeksikan sebanyak 10 µl kemudian dibaca
absorbansinya pada λ gelombang maksimum 276 nm. Kadar natrium diklofenak
terukur dihitung berdasarkan persamaan kurva baku.
c.
Pembuatan kurva baku.
1)
Pembuatan seri
larutan baku natrium diklofenak
Disiapkan seri baku dengan kadar 10,0; 12,5; 15,0; 17,5; 20,0; 22,5 dan 25,0 µg/ml. Larutan baku dibuat dengan menggunakan natrium diklofenak dan
dilarutkan dengan aquabidestilata.
2)
Pembuatan kurva
baku
Sepuluh mikroliter larutan baku dari masing-masing kadar
disuntikkan ke dalam kolom. Kurva baku dibuat dengan memplotkan kadar zat versus rasio luas puncak zat. Persamaan kurva baku dicari
dengan metode regresi linear.
d.
Pengamatan kromatogram sampel
Natrium diklofenak ditimbang 50,0 mg, dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml, kemudian ditambah aquabidestilata sampai batas tanda (kadar 500 µg/ml sebagai
larutan stok), diambil 1,0; 1,25; 1,5; 1,75;
2,0; 2,25; 2,5 ml kemudian larutan
dimasukkan ke dalam labu takar 50,0 ml kemudian
ditambah aquabidestilata sampai batas tanda (Kadar 10,0; 12,5; 15,0; 17,5; 20,0; 22,5 dan 25,0 µg/ml). Larutan sampel diinjeksikan ke dalam kolom C18 untuk dielusi. Hasil pemisahan ditetapkan kadarnya dengan cara
memasukkan data AUC ke dalam persamaan kurva baku untuk
mendapatkan kadar natrium diklofenak dalam sampel. Dengan menggunakan persamaan garis regresi linear
kurva baku, kadar natrium diklofenak dalam
sampel dapat diketahui. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.
e.
Perhitungan kadar natrium diklofenak dalam sampel
Hasil kromatogram sampel dapat dihitung
kadarnya (X) dengan melihat luas area sampel
(Y) pada kromatogram dan dimasukkan dalam persamaan regresi linier kurva baku Y
= b X + a.
3.
Perbandingan hasil penetapan kadar natrium diklofenak dalam sampel secara spektrofotometri UV dan KCKT dalam hal ketepatan, ketelitian dan kepekaan
a.
Hasil Penetapan kadar
natrium diklofenak secara Spektrofotometri UV
dan KCKT dengan uji T test.
Data yang diperoleh dari penetapan kadar natrium
diklofenak dalam sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok data secara
Spektrofotometri UV dan secara KCKT.
Dua kelompok data tersebut diuji secara statistika dengan uji Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui data terdistribusi
normal dan homogen. Kemudian dilanjutkan dengan test T untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna atau
tidak dari metode Spektrofotometri UV
dan KCKT (Hartono, 2008).
b.
Ketepatan
Pengukuran ketepatan dari suatu prosedur analisis mencerminkan
kedekatan hasil penetapan kadar terukur dengan kadar yang sebenarnya (ICH, 2006). Parameter ini digambarkan
dengan nilai rekoveri. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (Anonim, 1995)
nilai rekoveri yang baik adalah tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari
110 %.
c.
Ketelitian (precision)
Hasil
rata-rata kadar perlu dibandingkan ketelitiannya yaitu dengan cara menghitung
standar deviasi (SD) dari masing-masing sampel dan menghitung nilai simpangan
baku relatif (RSD).
d.
Kepekaan (sensitivitas)
Kepekaan
dapat diukur dengan nilai limit deteksi dan limit kuantitasi. Limit deteksi
merupakan batas minimal terendah dari suatu analit yang masih bisa terdeteksi,
tetapi tidak perlu terkuantitasi. Hal ini membuat nilai limit of detection (LOD) perlu diketahui. Untuk menghitung nilai
LOD digunakan rumus Y = YB + 3SB, dimana nilai Y diperoleh dari persamaan kurva baku dan luas area.
Nilai LOQ dapat dihitung menggunakan rumus Y = YB + 10SB.
Hasil penelitian dan
pembahasan
A. Spektrofotometri
Ultraviolet
1.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimal
Dalam analisis
spektrofotometri, pengukuran harus dilakukan dalam panjang gelombang maksimal,
yaitu panjang gelombang yang memberikan serapan optimum. Hasil absorbansi panjang gelombang maksimal dapat dilihat pada Gambar 1
dan Tabel I.
Gambar 1. Panjang Gelombang Maksimal Natrium
diklofenak
Tabel I.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimal
No. |
Panjang gelombang |
Absorbansi |
1. |
250 nm |
0,157 |
2. |
260 nm |
0,231 |
3. |
270 nm |
0,297 |
4. |
275 nm |
0,306 |
|
276 nm |
0,307 |
|
277 nm |
0,307 |
|
278 nm |
0,306 |
|
279 nm |
0,305 |
5. |
280 nm |
0,302 |
6. |
290 nm |
0,217 |
7. |
300 nm |
0,132 |
8. |
350 nm |
0,003 |
Panjang
gelombang maksimal yang diperoleh adalah 276 nm karena pada puncak kurva tersebut membentuk serapan yang maksimal. Khaskheli et
al., (2009) menyebutkan bahwa panjang gelombang maksimal natrium diklofenak
adalah 276 nm.
2.
Penentuan operating
time
Penentuan operating time
pada spektrofotometri UV dilakukan
dengan cara mengamati absorbansi larutan natrium diklofenak pada waktu-waktu
tertentu. Hal ini bertujuan untuk menentukan waktu sempurnanya reaksi dan
stabilnya reaksi yang ditunjukkan dengan tidak adanya penurunan absorbansi.
Hasil absorbansi larutan baku standar natrium diklofenak pada menit ke 0 sampai
60 seperti Tabel II.
Tabel II.
Penentuan Operating Time
Menit ke |
Absorbansi |
0 |
0,154 |
5 |
0,160 |
10 |
0,307 |
15 |
0,307 |
20 |
0,307 |
25 |
0,310 |
30 |
0,320 |
35 |
0,320 |
40 |
0,320 |
45 |
0,340 |
50 |
0,350 |
55 |
0,350 |
60 |
0,370 |
Dari hasil absorbansi di atas dapat diketahui bahwa mulai
menit ke-10 hingga menit ke-20 larutan natrium diklofenak tetap stabil. Pembacaan absorbansi yang dipilih adalah 10
menit.
3.
Pembuatan Kurva Baku
Pembuatan kurva baku
natrium diklofenak dilakukan untuk memperoleh persamaan kurva baku yaitu: Y = 0,029 X
+ 0,012 dengan koefisien korelasi persamaan r
= 0,993 (Gambar 2).
Gambar 2. Kurva Baku Natrium Diklofenak
secara Spektrofotometer UV
4.
Perhitungan kadar natrium diklofenak dalam sampel.
Kadar sampel (X)
diperoleh dengan memplotkan hasil absorbansi sampel (Y) pada Tabel III ke dalam
persamaan kurva baku Y = 0,029 X + 0,012. Sehingga dapat diperoleh kadar natrium
diklofenak dalam sampel. Perhitungan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali pada
masing-masing sampel, kemudian dari hasil tersebut dibuat rata-rata sehingga
didapat kadar rata-rata setiap sampel. Kadar rata-rata natrium diklofenak dalam
sampel secara Spektrofotometri UV
adalah sampel dengan kadar 10,0 µg/ml (9,4 µg/ml); kadar 12,5 µg/ml (14,1 µg/ml); kadar 15,0
µg/ml (16,7 µg/ml); kadar 17,5 µg/ml (17,9 µg/ml); kadar 20,0 µg/ml (19,6
µg/ml); kadar 22,5 µg/ml (22,6 µg/ml) dan kadar 25,0 µg/ml (25,4 µg/ml).
Tabel III. Hasil
Absorbansi Sampel secara Spektrofotometri UV
Konsentrasi Semula (µg/ml) |
Absorbansi Sampel |
||
Replikasi I |
Replikasi II |
Replikasi III |
|
10,0 |
0,147 |
0,139 |
0,158 |
12,5 |
0,210 |
0,220 |
0,221 |
15,0 |
0,300 |
0,218 |
0,246 |
17,5 |
0,262 |
0,272 |
0,281 |
20,0 |
0,296 |
0,285 |
0,31 |
22,5 |
0,346 |
0,342 |
0,332 |
25,0 |
0,383 |
0,367 |
0,391 |
B. Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
1.
Optimasi Instrumen KCKT dan Optimasi fase gerak
Hasil
optimasi alat dan fase gerak diperoleh waktu alir 1,0 ml/menit dengan panjang
gelombang 276 nm.
2.
Identifikasi natrium diklofenak dalam sampel
Identifikasi adanya
kandungan natrium diklofenak dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi
(tR) sampel yang
diduga mengandung natrium diklofenak dengan waktu retensi (tR) larutan baku natrium
diklofenak. Hasilnya menunjukkan bahwa tujuh seri kadar yang dipilih mengandung
natrium diklofenak, hal ini dapat dilihat dari waktu retensi (tR) sampel hampir sama
dengan waktu retensi (tR)
larutan baku natrium diklofenak. Semua sampel mengandung bahan natrium diklofenak.
Hal ini dikarenakan waktu retensi semua sampel mendekati atau hampir sama
dengan waktu retensi larutan baku natrium diklofenak dapat dilihat dalam Tabel
IV sebagai berikut:
Tabel IV. Hasil Identifikasi Natrium diklofenak secara
KCKT
Kadar (µg/ml) |
tR Baku
Natrium Diklofenak (menit) |
tR sampel Replikasi\ I (menit) |
tR sampel Replikasi II (menit) |
tR sampel Replikasi III (menit) |
10,0 |
3.523 |
3.483 |
3.490 |
3.498 |
12,5 |
3.482 |
3.491 |
3.495 |
|
15,0 |
3.486 |
3.492 |
3.499 |
|
17,5 |
3.484 |
3.494 |
3.496 |
|
20,0 |
3.483 |
3.495 |
3.498 |
|
22,5 |
3.485 |
3.494 |
3.496 |
|
25,0 |
3.484 |
3.492 |
3.494 |
3.
Pembuatan Kurva Baku
Hasil pembuatan kurva
baku diperoleh persamaan kurva baku sebagai berikut:
Y = 20332 X – 1566 dengan koefisien
korelasi r = 0,999949 terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kurva Baku Natrium Diklofenak
Secara KCKT
4.
Perhitungan kadar natrium diklofenak dalam sampel
Kadar natrium diklofenak (X) dalam sampel secara KCKT dihitung
dengan memplotkan hasil kromatogram luas area (Y) pada Tabel V sampel dalam persamaan
kurva baku yang telah diperoleh yaitu Y = 20332 X –
1566. Kadar rata-rata natrium diklofenak dalam sampel secara KCKT adalah
: sampel dengan kadar kadar 10,0 µg/ml (9,7 µg/ml); kadar 12,5 µg/ml (12,3
µg/ml); kadar 15,0 µg/ml (14,7 µg/ml); kadar 17,5 µg/ml (17,3 µg/ml);
kadar 20,0 µg/ml (19,8 µg/ml); kadar 22,5 µg/ml (22,3 µg/ml) dan kadar 25,0
µg/ml (24,8 µg/ml).
Tabel V.
Hasil Kurva Baku Natrium Diklofenak Secara KCKT
No |
Kadar (µg/ml) |
Luas area |
tR (menit) |
1. |
10,0 |
202075 |
3.524 |
2. |
12,5 |
252168 |
3.523 |
3. |
15,0 |
303593 |
3.521 |
4. |
17,5 |
354554 |
3.522 |
5. |
20,0 |
405108 |
3.524 |
6. |
22,5 |
454451 |
3.522 |
7. |
25,0 |
507805 |
3.523 |
C. Perbandingan
Hasil Penetapan Kadar Natrium Diklofenak
Dalam Sampel Secara Spektrofometri UV dan KCKT dalam hal ketepatan,
ketelitian dan kepekaan
Data yang
didapat baik spektrofotometri Uv maupun KCKT diuji secara statistik dengan
melakukan uji pendahuluan adalah uji homogenitas dan normalitas data
menggunakan test Kolmogorov Smirnov, dari hasil tersebut diperoleh kesimpulan
bahwa data yang diuji normal dan homogen, hal ini dapat dilihat dari nilai
Signifikansi 0,000 dan nilai P < 0,05.
Kemudian dilanjutkan dengan uji T test untuk mengetahui data kadar natrium
diklofenak berbeda bermakna atau tidak dari dua metode tersebut. Hasil T test
menyimpulkan bahwa kadar natrium diklofenak dalam sampel berbeda bermakna
secara metode Spektrofotometri UV dan
KCKT, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya 0,02 < 0,05.
1.
Ketepatan
Pengukuran ketepatan dari suatu prosedur analisis mencerminkan
kedekatan hasil penetapan kadar dengan kadar yang sebenarnya (ICH, 2006).
Parameter ini digambarkan dengan nilai rekoveri dan juga kesalahan sistemik
metode. Hasil rekoveri yang diperoleh pada spektrofotometri UV adalah 102,8,
sedangkan pada KCKT nilai rekoveri adalah 98,6 dan menurut Farmakope Indonesia
Edisi IV (Depkes RI, 1995) nilai rekoveri yang baik adalah tidak kurang dari
90,0 % dan tidak lebih dari 110 %. Rata-rata rekoveri menunjukkan bahwa metode analisis KCKT dan
spektrofotometri UV memenuhi
peryaratan Farmakope Indonesia dalam hal rekoveri, yaitu adalah tidak kurang
dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110 %. Metode KCKT dan spektrofotometri UV mempunyai ketepatan yang baik dan
dapat digunakan untuk analisis kuantitatif natrium diklofenak.
2.
Ketelitian
Hasil
penetapan kadar natrium diklofenak dalam sampel secara Spektrofotometri UV dan KCKT telah didapat hasil kadar
natrium diklofenak dalam sampel. Hasil rata-rata kadar tersebut perlu
dibandingkan ketelitiannya yaitu dengan cara menghitung standar deviasi (SD)
dan simpangan baku relatif (RSD) dari
masing-masing sampel. Pada kadar rata-rata sampel secara spektrofotometri UV diperoleh nilai RSD rata-rata adalah
2,7%, sedangkan nilai RSD rata-rata pada sampel secara KCKT adalah 0,6%. Suatu
metode dikatakan memiliki ketelitian yang baik jika nilai simpangan baku
relative (RSD) atau koefisien variasi (CV) lebih kecil dari 5%(Yuwono and Indriyanyo, 2005). Semakin kecil
nilai RSD dan SD maka semakin teliti. Dari hasil di atas terdapat perbedaan
antara UV dan KCKT, dimana hasil RSD keduanya tidak melebihi 5% dan dapat
dikatakan kedua metode tersebut teliti. Akan tetapi nilai RSD pada KCKT lebih
kecil daripada UV. Ini membuktikan bahwa KCKT lebih teliti daripada UV.
3.
Sensitivitas (kepekaan)
Pada penelitian ini di dapat nilai batas deteksi (Limit of Detection) secara
KCKT sebesar 0,2 µg/ml, sedangkan secara Spektrofotometri UV sebesar 2,9 µg/ml. Nilai LOD
ini diperoleh dari perhitungan persamaan kurva baku dan luas area (Y), dimana
nilai Y adalah hasil dari penjumlahan YB + 3SB. Nilai
batas kuantitasi (Limit of Quatification) secara KCKT adalah sebesar 0,2 µg/ml
sedangkan secara Spektrofotometri UV
sebesar 7,7 µg/ml. Nilai ini diperoleh dari nilai YB +
10SB.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Kadar rata-rata
Natrium Diklofenak secara Spektrofotometri UV adalah 17,977 µg/ml. Sedangkan secara KCKT adalah 17,455 µg/ml.
2.
Kadar rata-rata Natrium Diklofenak dalam sampel secara
spektrofotometri UV dan KCKT memenuhi
persyaratan Farmakope Indonesia yaitu memiliki nilai rekoveri yang masih dalam range 90,0 % -110 % dan memiliki nilai CV < 5%. Akan
tetapi metode KCKT memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan metode
Spektrofotometri UV, hal ini ditunjukkan dengan nilai P
0,02<0,05 sehingga diantara kedua metode terjadi perbedaan secara bermakna.
Saran
Perlu dilakukan penelitian penetapan kadar terhadap
produk obat atau sediaan obat seperti tablet, sirup, salep, ataupun tetes mata
yang mengandung zat natrium diklofenak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal 368, 459
Demircan,
S., Sayin, F., Basci, N.E., Kir, S., and Kocoglan, H.,
2005, Determination of Diclofenac in Subretinal and Aqueous Humor Fluids by
HPLC with Electrochemical Detector, FABAD J. Pharm. Sci., 30:33-39
Emami, J.,
Ghassami N., Talari R.A., 2007. Rapid and Sensitive Modified HPLC Method for
Determination of Diclofenac In Human Plasma and Its Application In
Pharmacokinetic Study, DARU, 15(3):132-138
Hanysova,
L., Mokry, M., Kastner, P., and Klimes, J.,
2005, HPLC Evaluation of Diclofenac In the Farious Form of Therapeutic
Preparations, Chemical Papers, 59(2):103-108
Hartono, 2008, SPSS
16,0, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal 147-148
International
Conference on Harmonization (ICH), 2006, Validation
of Analytical Procedures; Text and Methodology, European Medicines Agency,
London, 1-15
Kasperek, R., 2008. Determination of Diclofenac Sodium
and Papaverine Hydrochloride In Tablets by HPLC Method, Acta Poloniae Pharmaceutica-Drug Research, 65(4):403-408
Khaskheli, A.R., Sirajuddin, Abro, K., Sherazi, S. T.
H., Afridi, H.I., Mahesar, S.A., and Saeed, M., 2009. Simpler and Faster
Spectrophotometric Determination of Diclofenac Sodium in Tablets, Serum and
Urine Samples, Pakistan Journal Anal.
Environ. Chem, 10(1-2):53-58
Lohe, R.W., Suruse, P.B., Kale, M.K., Barethiya, P.R.,
Kasture, A.V., and Lohe, S.W., 2008, Spectrophotometric Methods for
Simultaneous Estimation of Rabeprazole and Diclofenac from Combined Tablet
Dosage Form, Asian J. Research Chem, 1(1):26-28
Nesya, A., 2011, Perbandingan Penetapan Kadar Natrium
Benzoat Pada Lima Produk Soft Drink Secara Spektrofotometri UV Dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Skripsi, Farmasi Universitas Wahid
Hasyim, Semarang
Rohman, A., dan Sumantri, 2006, Analisis makanan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 87
Shafiee,A., Amini, M., and Hajmahmodi, M., 2003.
Improved Chromatographic Method for Determination of Diclofenac sodium In
Injectable Solution and Prediction of Chemical Stability, Journal of Sciences, Islamic Republic of Iran, 14(1):21-25
Sznitowska,
M., and Stokrocka, M., 2007, Determination of Diclofenac
Released From Suppositories Using UV Spectrophotometry, Spectra Derivative
Spectrophotometry and HPLC, Acta Poloniae
Pharmaceutica-Drug Research, 63(5):401-405
Wardani, A.P., 2011, Perbandingan Penetapan Kadar
Natrium Benzoat Pada Lima Produk Sirup Secara Spektrofotometri UV Dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Skripsi, Farmasi Universitas Wahid
Hasyim, Semarang
Yuwono, M. and Indriyanyo, G., 2005, Validation of Chromatographic
Methods of Analysis, in: (Brittain, H.,
Ed): Profil of Drugs Substances,
Excipients Related Methodology,
Volume 32, hal 243-258