AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK HEKSANA, DIKLOROMETANA DAN METANOL DAUN
KEJI BELING (Sericocalyx crispus. L)
TERHADAP Artemia salina Leach
Musyirna rahmah Nst, Sri Hardianti, Emma Susanti
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau
ABSTRAK
Tumbuhan kejibeling (Sericocalyk crispus L.)
merupakan salah satu tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen
kemopreventif kanker. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek ekstrak n-heksana, diklorometana
dan metanol daun keji beling terhadap Artemia
Salina Leach. Uji sitotoksik dilakukan dengan metoda Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil uji sitotoksik
menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana, diklorometana dan metanol
daun Keji beling mempunyai efek sitotoksik dengan LC50 33,49 µg/ml, 244,34 µg/ml, 143,88 µg/ml.
Kata kunci:
Sitotoksik, Keji beling, Brine Shrimp
Lethality Test, LC50
Kanker merupakan pertumbuhan dan perkembangan sel yang
tidak terkontrol yang terjadi di dalam tubuh. Usaha terapi kanker hingga saat
ini belum mencapai hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya
selektivitas obat antikanker yang digunakan ataupun karena patogenesis kanker
itu sendiri belum jelas (Meiyanto dan Sugiyanto, 1997). Pengobatan kanker dapat
dilakukan dengan pembedahan, kemoterapi, maupun dengan radiasi. Pengobatan
dengan kemoterapi dan radiasi seringkali kurang selektif dan tidak dapat
menghilangkan sel kanker tersebut. Sedangkan pembedahan tidak efektif untuk
kanker yang telah metastasis (Maat, 1999).
Salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk menemukan
obat kanker adalah menggali sumber obat nabati (Anonim, 2003). Banyak
penelitian dilakukan untuk mencari senyawa antikanker baru dengan harapan sifat
yang lebih baik. Salah satu tumbuhan yang dapat dikembangkan sebagai obat
antikanker adalah kejibeling (Sericocalyk
crispus L.) mengandung saponin,
flavonoid, terpenoid dan fenolik (Nasution dkk, 2010). Tumbuhan
ini merupakan tumbuhan yang telah banyak digunakan masyarakat sebagai obat
tradisional. Penggunaannya sangat beragam, di antaranya sebagai menurunkan
kadar kolesterol, peluruh air seni (diuretik), anti diabetes, wasir, tumor,
lever, maag, menghancurkan batu dalam empedu, batu ginjal, dan batu pada
kandung kemih (Dalimartha, 2006).
Dari beberapa kandungan tersebut kemungkinan ada
senyawa yang memiliki efek antiproliferatif terhadap sel kanker, seperti
flavonoid (Ren, dkk., 2003). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
toksisitas ekstrak n-heksana, diklorometana dan metanol daun keji beling terhadap Artemia Salina Leach dengan metoda BSLT.
Bahan yang digunakan
untuk ekstraksi daun keji
beling adalah lanjutan
ekstraksi dari penelitian Gushelmawita tahun 2008, sedangkan bahan yang digunakan untuk
pengujian BSLT adalah air laut, n-heksana,
diklorometana, metanol, dimetilsulfoksida (DMSO), larva uji yang
digunakan untuk pengujian BSLT adalah
A. salina.
Alat
Penelitian
Alat yang
digunakan untuk pengerjaan ekstraksi berupa seperangkat alat maserasi,
seperangkat alat destilasi vakum, seperangkat alat rotary evaporator, dan timbangan. Alat-alat yang digunakan untuk
uji BSLT berupa seperangkat alat pembiakan telur udang A. salina (wadah gelap, aerasi, lampu dengan intensitas cahaya
rendah), vial, pipet mikro, timbangan analitik, pipet tetes, dan kaca pembesar.
Jalannya
Penelitian
1. Pembuatan
Ekstrak Daun Keji Beling
Daun keji beling lebih kurang 1,5 kg
dicuci bersih, kemudian dikering anginkan, dirajang/dipotong-potong ± 1 cm,
setelah itu diserbuk dan ditimbang. Dilakukan maserasi dengan pelarut n-heksana
dengan cara perendaman serbuk dalam wadah maserasi hingga terendam dengan
sempurna. Wadah ditutup rapat dan campuran disimpan di tempat terlindung dari
cahaya selama 3 hari sambil diaduk berulang. Selanjutnya filtrat diambil
melalui penyaringan dan ditambahkan kembali cairan pengekstrak ke dalam wadah
sampel. Maserat yang didapat dipekatkan secara rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental n-heksana.
Setelah serbuk direndam dengan n-heksana, serbuk direndam lagi dengan pelarut
diklorometana dan metanol dengan cara yang sama pada perendaman serbuk
menggunakan pelarut n-heksana. Sehingga didapat ekstrak kental diklorometana
dan metanol daun keji beling (Sericocalyx
crispus L.)
2. Persiapan
sampel dari uji sitotoksik dengan metoda Brine
Shrimp
Lehthality test (BSLT)
Kista udang A.
salina ditetaskan dalam wadah
pembiakan yang berisi air laut dan telah dilengkapi dengan aerasi dan lampu, digunakan setelah 48
jam setelah membentuk larva. Vial uji dikalibrasi sebanyak 5 ml. Pengujian
dilakukan dengan konsentrasi 1000, 100, 10 µg/ml. Sebanyak 40 mg ekstrak uji
dilarutkan dalam 4 ml metanol maka didapat larutan induk ekstrak uji dengan
konsentrasi 10.000 µg/ml, kemudian larutan induk dengan konsentrasi 10.000
µg/ml tesebut dipipet sebanyak 0,5 ml kedalam vial hingga nantinya didapat
larutan induk konsentrasi 1000 µg/ml setelah penambahan metanol 5 ml kemudian
larutan dipipet lagi 0,5 ml kedalam vial setelah penambahan air laut hingga 5
ml untuk mendapatkan larutan uji dengan konsentrasi 1000 ppm. Pembuatan konsentrasi 100 µg/ml dengan cara pengenceran
larutan induk 1000 µg/ml sebanyak 0,5 ml ditambahkan metanol hingga 5 ml maka
diperoleh konsentrasi larutan induk 100 µg/ml kemudian dipipet sebanyak 0,5 ml
larutan induk tersebut kedalam vial uji hingga nantinya didapat konsentrasi 100
µg/ml setelah penambahan air laut hingga 5 ml. Dan untuk konsentrasi 10 µg/ml
dibuat dari larutan induk 100 µg/ml dengan cara yang sama (masing-masing dibuat
dalam 3 vial) (Meyer dkk., 1982).
3. Media
perkembangbiakan hewan percobaan Artemia salina Leach
Diperlukan media yang khusus dalam
pembiakan udang A. salina untuk uji brine shrimp lethality test tersebut,
tetapi media yang digunakan dapat dibuat dalam bentuk sederhana dan murah.
Media dibuat dalam bentuk kaca yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang
gelap dan bagian yang terang. Kista udang diletakan pada bagian yang gelap dan
akan bergerak ke arah yang terang setelah menetas menjadi larva. Larva yang
digunakan untuk uji dapat dipakai setelah 48 jam dari saat kista udang
dimasukan dalam wadah.
4.
Uji Sitotoksisitas Terhadap Hasil Ekstraksi dengan
BSLT
Masing-masing vial uji 1000, 100, 10 µg/ml diambil sebanyak
0,5ml dibiarkan pelarutnya menguap, kemudian larutkan kembali
senyawa uji dengan 50 µg/ml DMSO, selanjutnya tambahkan air laut 5 ml. Dimasukkan larva udang
ke dalam masing-masing vial sebanyak 10 ekor. Ditambahkan lagi air laut
beberapa tetes hingga batas kalibrasi, kematian larva udang diamati setelah 24
jam. Dari data yang dihasilkan dihitung LC50 dengan metode kurva
menggunakan tabel probit (Meyer dkk., 1982).
Sebagai kontrol, 50 µl DMSO
di pipet dengan pipet mikro ke dalam
vial uji, kemudian ditambahkan air
laut 5 ml. Dimasukkan
larva A. salina 10 ekor. Tambahkan
lagi air laut beberapa tetes hingga batas kalibrasi (Meyer dkk., 1982).
5.
Analisa Data
Untuk melihat
pengaruh pemberian ekstrak n-heksana, diklorometana, metanol tumbuhan keji beling terhadap kematian larva A. salina
dilakukan perhitungan statistik dengan Analisa Probit. Perhitungan ini
dilakukan dengan membandingkan antara larva yang mati terhadap jumlah larva
keseluruhan, sehingga diperoleh persen kematian. Kemudian dilihat dalam tabel
nilai probit. Nilai Probit
versus log konsentrasi yang diketahui kemudian dimasukkan dalam
persamaan regresi. Nilai LC50. Dihitung berdasarkan persamaan regresi linier yang diperoleh. Persamaan Regresi Linier adalah:
y =
a + bx
LC50 = arc log x
Keterangan: x : Log Konsentrasi, y :
Nilai Probit, a :
Intercept (garis potong)
b : Slope (kemiringan
dari garis regresi linear)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Ekstrak metanol, diklorometan dan heksan daun keji
beling (Sericocalyc crispus L.)
diujikan sitotoksisitasnya dengan metoda BSLT.
BSLT sebagai uji awal skrining perolehan senyawa bioaktif (Carballo dkk,
2002). Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya sifat toksik dari ketiga
ekstrak terhadap larva Artemia salina Leach.
Parameter ketoksikan yang digunakan dalam uji ini adalah nilai IC50.
Hasil uji sitotoksisitas ekstrak metanol, diklorometan
dan heksan daun keji beling menghasilkan nilai LC50 143,88 μg/ml, 244,34
μg/ml, dan 33,496 μg/ml (Tabel
1).
Tabel I. Data Hasil Uji BSLT hasil ekstrak metanol
daun kejibeling
Konsentrasi
(µg/ml) |
Log
konsentrasi |
Persen
kematian |
Nilai
probit |
LC50 ug/ml |
A. Ekstrak Metanol |
||||
10.000 |
3 |
63,3 |
5,332 |
Y=0,386X+4,167 143,88 μg/ml |
1.000 |
2 |
46,6 |
4,925 |
|
100 |
1 |
33,3 |
4,560 |
|
B. Ekstrak Diklorometan |
||||
10.000 |
3 |
63,3 |
5,332 |
Y=0,487X+3,837 244,34 μg/ml |
1.000 |
2 |
40,0 |
4,747 |
|
100 |
1 |
26,6 |
4,357 |
|
C. Ekstrak Heksan |
||||
10.000 |
3 |
70,0 |
5,524 |
Y=0,35X+4,666 33,49 μg/ml |
1.000 |
2 |
56,6 |
5,151 |
|
100 |
1 |
43,3 |
4,824 |
Ekstrak n-heksan daun keji beling
relatif lebih toksik dibandingkan ekstrak metanol dan ekstrak dikolrometan.
Dari hasil uji tersebut kemungkinan senyawa flavonoid yang bertanggung jawab
terhadap efek toksik dari ekstrak tersebut. Menurut Ren dkk (2003), flavonoid
mempunyai efek penting pada pencegahan kanker dan kemoterapi kanker. Sedangkan
Vrana (2001) mengatakan senyawa golongan alkaloid dan terpenoid merupakan
senyawa yang juga bertanggungjawab pada aktivitas sitotoksisitas.
Suatu senyawa dikatakan
berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai antikanker apabila diketahui
senyawa tersebut mempunyai LC50 ≤ 30 μg/ml (Meyer, dkk.,
1982). Sampel yang diujikan masih dalam bentuk ekstrak atau masih terkandung
banyak senyawa maka kemungkinan aktivitas sitotoksik senyawa pada ketiga
ekstrak akan meningkat dengan teknik fraksinasi dengan tujuan mengeliminasi
senyawa-senyawa yang bersifat menurunkan daya toksisitas senyawa aktif.
KESIMPULAN
Ekstrak n-heksana, diklorometana dan metanol
daun keji beling mempunyai efek sitotoksik dengan LC50 berturut-turut 33,49 µg/ml, 244,34 µg/ml, 143,88
µg/ml.
DAFTAR PUSTAKA
Carballo, J., Hernandez-Inda,
Z.L.,Perez, P., and Garcia-Gravalos, M.D., 2002, A comparison between two brine
shrimp assays to detect in vitro cytotoxicity in marine natural products, BMC
Bioechnol, Sep 23:2 (1)7
Dalimartha, S., 2006, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 4,
Puspa Swara, Jakarta
Ma’at, S., 1999. Pengujian Bioaktivitas
Tanaman Obat sebagai Antikanker, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Airlangga,
Surabaya.
Meiyanto, E, dan Sugiyanto, 1997. Uji
Toksisitas Beberapa Fraksi Etanol Daun Gynura
Procumbens (Lour) Merr Terhadap Larva Udang (Artemia Salina Leach). Majalah
Farmasi Indonesia, 8(1): 42-49
Meyer, Ferrigni, Putnam, Jacobsen,
Nichols, Mc. Laughlin, 1982, Brine
Shrimp: A Convenient General Bioassay for Active Lant Constituents, Plant
Medica, Vol 45
Nasution, M.R, Utami, R dan
Gushelmawita. 2010. Penentuan Total Fenol Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari
Ekstrak Heksana, Diklorometana Dan Metanol Daun Keji Beling (Sericocalyx Crispus. L). Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS-PTN
Wilayah Barat ke-23.Pekanbaru 10-11 Mei 2010.ISBN 978-979-1222-92-1 (Jilid
1).Pekanbaru.
Ren, W., Qiao, Z., Wang, H., Zhu, L.,
and Zhang, L. 2003, Flavonoid: Promising Anticancer agents, med res Review,
2(4): 519-534,
Vrana, J.A and Grant, S., 2001.
Syinergistic induction of Apoptosis in Human Leukemia cells (U937) eposed to
Bryostatin 1 and the Proteasome Inhibitor Lactacystin Involves Dysregulation of
the PKC/MAP Cascade, Blood, 97 (7)