PENGARUH PENAMBAHAN
SITOKININ PADA SENYAWA FLAVONOID KALUS (Echinacea
purpurea L)
Heru
Sudrajad, Saryanto
Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Badan Penelitian dan Pengembang
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
ABSTRAK
Kultur jaringan dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan metabolit sekunder. Echinacea purpurea L merupakan salah satu tanaman obat yang
berkhasiat merangsang sistem kekebalan tubuh (imunostimulator). Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Benzyl aminopurin terhadap kalus
dan senyawa flavonoid Echinacea
purpurea L pada media Murashige dan Skoog (MS). Pelaksanaan penelitian
yaitu eksplan dari daun Echinacea
purpurea L ditumbuhkan pada media MS yang diperkaya dengan zat pengatur
tumbuh Benzyl aminopurin (BAP) dengan konsentrasi 1, 2, 3 dan 4 mg/l. Hasil kalus yang diperoleh kemudian
dilakukan uji reaksi warna dengan kertas kromatografi (kuantitatif), kemudian dilanjutkan
dengan spektrofotometri (kuantitatif). Sebagai
pembanding daun tanaman asal Echinacea
purpurea L juga dilakukan uji yang sama. Hasil yang diperoleh menunjukkan
keberhasilan membentuk kalus 80% pada konsentrasi BAP 3 dan 4 mg/l dengan
rata-rata waktu induksi kalus 4,7 - 5,6 hari. Hasil reaksi warna menunjukkan
noda warna merah yang menunjukkan adanya flavonoid. Kadar flavonoid total kalus
Echinacea purpurea L pada konsentrasi
4 mg/l yaitu 0,28%. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan BAP dapat meningkatkan
pertumbuhan kalus secara kultur jaringan dan mempunyai kadar flavonoid 0,28 % sama
dengan daun Echinacea purpurea L.
Kata kunci : Echinacea purpurea L, Benzyl aminopurin , Murashige
dan Skoog
Tanaman obat mempunyai peranan
yang sangat besar dalam bidang kesehatan dikarenakan dapat memproduksi zat-zat
kimia yang memiliki kegunaan yang potensial dalam pengobatan.
Kultur jaringan dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan metabolit sekunder dari
suatu tanaman. Kultur jaringan tanaman hanya mengambil jaringan yang cukup
kecil dan pengembangannya di atas media yang sesuai dalam waktu yang relatif
singkat (Suryowinoto, 1985). Metabolit sekunder merupakan hasil dari proses
biokimia yang terjadi dalam tubuh tanaman. Proses-proses tersebut juga terjadi
pada teknik kultur jaringan, oleh karena itu kultur jaringan dapat digunakan
sebagai sarana penghasil metabolit sekunder (Dalimoenthe, 1987).
Sitokinin merupakan salah satu dari golongan zat
pengatur tumbuh yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan teknik jaringan.
Benzil aminopurin merupakan zat pengatur tumbuh golongan sitokinin. Sitokinin
adalah turunan adenin, yang berperan sangat penting dalam pengaturan pembelahan
sel dan morfogenesis (Gunawan, 1987)
Echinacea
purpurea L merupakan salah satu tanaman obat yang berkhasiat merangsang sistem
kekebalan tubuh (imunostimulator). Echinacea mengandung komponen kimia seperti
polisakarida, flavonoid, turunan caffeic
acid (cicchoric acid, chlorogenic
acid, cinarin, echinoside), poliasetilen, minyak-minyak esensial dan alkil
amida (Anonim, 1987). Kandungan yang lain adalah alkamid pada umumnya
isobutilamid, ester asam kafein terutama echinacoside dan cinarin,
polisakarida, echinolon, betaine dan minyak atsiri khususnya humulun (Kadans
Josep, 1978).
Flavonoid adalah senyawa polifenol yang mengandung
15 atom karbon dalam inti dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6,
yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat
atau tak dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid merupakan kandungan khas
tumbuhan hijau dengan mengecualikan alga (Markham, 1988). Senyawa flavonoid
dalam jaringan tumbuhan lazimnya ditemukan sebagai senyawa campuran dan jarang
sekali ditemukan sebagai senyawa tunggal (Harborne, 1987). Flavonoid banyak
terdapat antara lain dalam familia Poligonaceae, Rutaceae, Leguminosae,
Umbeliferae dan Asteraceae (Markham, 1988).
Analisis kuantitatif adalah penentuan jumlah dan
kadar suatu zat. Penentuan kadar flavonoid dalam tanaman dapat dilakukan secara
spektrofotometri. Prinsip kerjanya adalah pembentukan komplek dengan AlCl3,
sehingga memberikan serapan pada panjang gelombang 425 nm. Dari hal-hal
tersebut diatas maka dilakukan penelitian pengaruh penambahan sitokinin pada
senyawa fvavonoid kalus Echinacea purpurea L.
METODOLOGI
Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang
digunakan berupa tanaman Echinacea
purpurea L. bahan penyusun media MS (Murashige & Skoog), Benzil
amonopurin (BAP), HCl, KOH, Dithane M-45
(0,5%), byclean 10%, alkohol 70%, aquadest steril, detergen, spiritus,
ethanol, kertas Whatman.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan
meliputi Laminair Air Flow (LAF),
autoklaf, ruang inkubasi yang dilengkapi lampu TL, timbangan analitis, shaker, hot plate, oven, botol kultur,
penyemprot, lampu UV, chamber dan
Spektrofotometer.
Jalannya Penelitian
Tanaman Echinacea purpurea L diambil dari kebun
koleksi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional pada umur kurang lebih 5 bulan, tanaman dengan pertumbuhan yang
baik, yaitu masih terdapat banyak daun muda, regenerasi daun masih berjalan
dengan cepat dan tanaman belum berbunga. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah daun Echinacea purpurea yang masih muda, terletak pada daun
yang ke-2 dan ke-3. Tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan dikarantina
dahulu dalam rumah kaca.
Tahap pertama eksplan
dicuci air mengalir, direndam larutan detergen1% selama 3 menit, dicuci, direndam
larutan Dithane M-45 2-3%. Kemudian daun dibilas aquades steril 3 kali dalam
LAF, dan dimasukkan dalam larutan byclean 10% selama 15 menit, dicuci aquadest
steril 3-4 kali, selanjutnya eksplan dipindah dalam cawan petridish steril
kemudian dipotong kecil ukuran 1 x 1 cm dengan pisau skalpel dan siap ditanam. Tahapan
selanjutnya penanaman eksplan, dilakukan di dalam LAF yang sebelumnya sudah
disemprot dengan alkohol dan disinari lampu UV selama 30 menit. Eksplan ditanam
pada media MS yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh BAP dengan konsentrasi
1, 2, 3 dan 4 mg/L.
Tabel I. Komposisi media Murashige
dan Skoog (MS) (mg/L)
Makronutrien Mikronutrien Besi Vitamin |
KNO3 …………………………………………
NH4NO3 ……………………………………………… CaCl2.2H2O …………………………………………... MgSO4 ………………………………………………... KH2PO4 ………………………………………………. MnSO4.4H2O ………………………………………… H3BO3 ………………………………………………... ZnSO4.4H2O …………………………………………. Na2MoO4.2H2O ……………………………………… CuSO4.5H2O …………………………………………. CoCl2.6H2O ………………………………………….. KI……………………………………………………… FeSO4.7H2O ………………………………………….. Na2EDTA.2H2O ……………………………………… Niacin …………………………………………………. Glicine…………………………………………………. Pyridoxine HCl………………………………………… Thiamine HCl …………………………………………. Myo-Inositol ………………………………………….. Sukrosa ………………………………………………... |
1900 1650 440 370 170 22,3 6,2 8,6 0,25 0,025 0,025 0,83 27,8 37,3 0,5 2 0,5 0,1 100 30.000 |
(Gunawan, 1987)
Eksplan diinkubasi, pengamatan dan pendataan
pertumbuhan eksplan dalam inkubator dilakukan secara teratur. Pengamatan
dilakukan terhadap perubahan eksplan dan pembentukan kalus. Kalus dipanen utnuk
pemerikasaan kandungan flavonoid baik secara kualitatif dan kuantitatif.
Berdasar hasil penelitian pengaruh pemberian zat
pengatur tumbuh terhadap waktu induksi kalus dan prosentase keberhasilan
penanaman eksplan dengan menghitung jumlah eksplan yang berhasil tumbuh
membentuk kalus, dibagi jumlah keseluruhan eksplan yang ditanam dikalikan 100%.
disajikan pada Tabel II.
Tabel
II. Pengaruh pemberian Benzil aminopurin
terhadap waktu induksi kalus dan prosentase keberhasilan membentuk kalus Echinacea purpurea L
Perlakuan |
Waktu induksi kalus rata-rata (hari) |
Prosentase keberhasilan membentuk kalus (%) |
Benzil
aminopurin 1 mg/l |
6,7 |
70 |
Benzil
aminopurin 2 mg/l |
6,0 |
70 |
Benzil
aminopurin 3 mg/l |
5,6 |
80 |
Benzil
aminopurin 4 mg/l |
4,7 |
80 |
Pertumbuhan kalus pada media MS yang diperkaya
dengan hormon BAP 3 dan 4 mg/l induksi kalus terjadi pada hari ke 5-7 dengan
pembentukan kalus yang optimal, ditandai terbentuknya kalus pada seluruh
eksplan. Hormon BAP berpengaruh besar terhadap pembentukan kalus dari daun Echinacea purpurea L. Menurut Gunawan
(1987), Benzil aminopurin merupakan zat pengatur tumbuh golongan sitokinin,
yaitu adalah turunan adenin, yang sangat penting dalam pengaturan pembelahan
sel dan morfogenesis.
BAP (mg/L)
Gambar 1. Diagram pengaruh BAP terhadap waktu induksi kalus Echinacea purpurea L
BAP (mg/L)
Gambar 2. Diagram
pengaruh BAP terhadap prosentase keberhasilan membentuk kalus Echinacea purpurea L
Gambar 3. Kalus Echinacea
purpurea L diperkaya BAP 4 mg/L
Kandungan
flavonoid dalam kalus dan daun tanaman asal diperiksa dengan reaksi warna
dilanjutkan dengan kromatografi kertas. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Tabel III dan IV.
Tabel III. Hasil reaksi
warna kalus dan daun Echinacea purpurea
L
Sampel |
Pereaksi |
Interpretasi |
|||
|
Amonia |
H2SO4
pekat |
NaOH 10% |
Tes Willstater |
|
BAP 1
mg/l |
Kuning |
Merah
kekuningan |
Kuning |
Hijau |
Flavonoid |
BAP 2
mg/l |
Kuning |
Merah
kekuningan |
Kuning |
Hijau |
Flavonoid |
BAP 3
mg/l |
Kuning |
Merah
kekuningan |
Kuning |
Hijau |
Flavonoid |
BAP 4
mg/l |
Kuning |
Merah
kekuningan |
Kuning |
Hijau |
Flavonoid |
Tanaman
asal |
Kuning |
Merah
kekuningan |
Kuning |
Hijau |
Flavonoid |
Uji pendahuluan golongan flavonoid dapat dideteksi
dengan larutan NH3 dan memberikan warna spesifik utnuk masing-masing
golongan. Setelah ekstrak ditambah dengan larutan amonia terjadi warna kuning
baik pada kalus maupun tanaman asal. Hal ini disebabkan karena flavon dan
flavonol memberikan warna kuning sampai kuning kemerahan bila direaksikan
dengan NH3. Antosian akan berwarna merah biru sedangkan flavonol
akan memberikan warna orange atau coklat. Warna merah dan lembayung yang
terjadi secara tiba-tiba dalam suasana asam disebabkan adanya auron dan
khalkon. Pemerikasaan flavonoid pada ekstrak tanaman dengan penambahan HCl
kemudian direduksi dengan serbuk Mg memberikan warna dari merah orange, merah
atau magenta, terkadang hijau atau biru (Guevara dan Recio, 1985).
Tabel
IV. Data kromatografi kertas pada kalus dan daun Echinacea purpurea L
Sampel |
Nilai |
|
Pereaksi |
|
Interpretasi |
|
hRf |
UV
366 nm |
Uap
Amonia |
Pereaksi
Sitroborat |
|
BAP 1
mg/l |
91 |
Merah
jingga |
Kuning |
Hijau
kekuningan |
Flavonoid |
BAP 2
mg/l |
91 |
Merah
jingga |
Kuning |
Hijau
kekuningan |
Flavonoid |
BAP 3
mg/l |
89 |
Merah
jingga |
Kuning |
Hijau
kekuningan |
Flavonoid |
BAP 4
mg/l |
89 |
Merah
jingga |
Kuning |
Hijau
kekuningan |
Flavonoid |
Tanaman
asal |
89 |
Merah
jingga |
Kuning |
Hijau
kekuningan |
Flavonoid |
Hasil kromatografi kertas dengan fase gerak
n-butanol : asam asetat : air (4 : 1 : 5) adalah bercak berwarna merah jingga
pada UV 266 nm. Hal ini menunjukkan bahwa deteksi terhadap bercak tersebut
senyawa golongan flavonoid (Robinson, 1995).
Data penetapan kadar flavonoid total pada kalus dengan pertumbuhan mencapai
80% dan daun Echinacea purpurea L
dengan metode Christ dan Muller pada Tabel V.
Tabel
V. Kadar flavonoid total kalus dan daun Echinacea
purpurea L.
Sampel |
Kadar flavonoid total (%) |
Kalus
hasil penambahan BAP 3 mg/l |
0,29 |
Kalus
hasil penambahan BAP 4 mg/l |
0,28 |
Daun tanaman asal |
0,28 |
Penetapan kadar flavonoid total dari kalus dan
tanaman Echinacea purpurea L hasil
perlakuan dengan BAP 3 mg/l diperoleh 0,29%, pada BAP 4 mg/l diperoleh 0,28%
dan pada tanaman asal juga 0,28%. Kadar flavonoid tersebut menunjukkan hasil
yang hampir sama antara hasil induksi kalus dengan tanaman asal, bahkan pada
BAP 3 mg/l terjadi peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kalus daun yang
diperoleh secara kultur jaringan dapat digunakan sebagai alternatif untuk
menghasilkan metabolit sekunder.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian zat pengarur
tumbuh BAP berpengaruh nyata terhadap induksi kalus daun
Echinacea purpurea L. dengan waktu induksi kalus rata-rata 5-7 hari
2. Penambahan BAP pada
konsentrasi 4 mg/l diperoleh waktu
induksi kalus rata-rata 4,7 hari
dan prosentase keberhasilan membentuk kalus 80 % dengan kadar flavonoid total
kalus Echinacea purpurea L yaitu
0,28%.
Saran
Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
terhadap asal eksplan dan untuk mengetahui senyawa lain dalam kalus daun Echinacea purpurea L.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1987. Analisis Obat
tradisional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Dalimoenthe, S.L., 1987. Kultur
Jaringan Sebagai Sarana untuk Menghasilkan Metabolit Sekunder. Risalah
Seminar nasional Metabolit Seknder. PAU Bioteknologi UGM. Yogyakarta
Gunawan L.W. 1987. Teknik Kultur
Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. PAU Bioteknologi. IPB Bogor.
Harborne, J.B,. 1987. Metode
Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmaewinata dan Iwang Soediro, Edisi II, Penerbit ITB. Bandung
Markham, K.H., 1988. Cara mengidentifikasi
Flavonoid, diterjemahkan oleh Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, diterjemahkan oleh Kosasih Padmaewinata dan Iwang Soediro, Edisi II,
Penerbit ITB. Bandung
Suryowinoto, 1991. Budidaya Jaringan
Tanaman Terobosan Bermanfaat dalam Bioteknologi. Fakultas Biologi. UGM.
Yogyakarta.