UJI AKTIVITAS HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL
DAUN TEH (Camellia sinensis L.)
PADA
TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
1Katno, 2Dian
Anistyani, 1Saryanto
1Balai
Besar Litbang TO-OT Tawangmangu
2Prodi
Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang uji aktivitas
ektrak etanol 70% daun teh (Camellia
sinensis L.) terhadap penurun kadar glukosa darah pada tikus jantan galur
Wistar yang diinduksi dengan aloksan dengan dosis 100mg/kg BB dan disuntikkan
secara intraperitonial. Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauhmana pengaruh
pemberian ekstrak daun the terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus putih
dibandingkan kontrol.
Penelitian ini menggunakan metode pre test and post test with control design. Sebagai hewan coba
digunakan tikus putih jantan galur Wistar usia 2-3 bulan dengan berat 160-190 g
per ekor, dikelompokkan menjadi 7 kelompok masing-masing 5 ekor (yaitu kelompok normal dan kelompok
perlakuan). Sebagai kelompok perlakuan
adalah pemberian ekstrak etanol daun teh (yang diekstraksi secara Soxhletasi),
dosis 72mg/200g BB, 144mg/200g BB,
288mg/200g BB, 576mg/200g BB, kontrol positif dan kontrol negatif. Pemberian secara peroral setiap hari selama 9
hari setelah disuntik dengan aloksan.
Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-0 (sebelum
perlakukan), hari ke-3, ke-6 dan hari ke-9 setelah perlakuan. Sebagai kontrol
positif digunakan glibenklamid dosis 0,09 mg/200g BB. Analisis data menggunakan
An0va satu jalan dilanjutkan uji t dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil perhitungan Anava diperoleh F hitung 127,02
sedangkan F table 2,77. Sehingga F hit > F tab menunjukkan bahwa paling
tidak terdapat dua kelompok data yang mempunyai perbedaan bermakna. Dari hasil
uji t diketahui bahwa t-hitung terbesar
pada dosis 576 mg/200g BB. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak
etanol daun teh dosis 72; 144; 288 dan 576 mg/200g BB dapat menurunkan kadar
glukosa darah tikus putih berbeda secara bermakna dibandingkan control negative
dan sebanding dengan control positif.
Kata kunci : Efek hipoglikemik, ekstrak etanol daun teh, tikus putih jantan galur Wistar
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu gangguan
kesehatan atau penyakit dimana tubuh penderita tidak bisa secara otomatis
mengendalikan tingkat konsentrasi gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita
diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, sehingga
terjadi kelebihan gula di dalam tubuh. Kelebihan gula yang kronis di dalam
darah (hiperglikemia) tersebut akan menjadi racun bagi tubuh. Penyakit DM
merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan
serius. Karena dampaknya akan membawa berbagai komplikasi penyakit serius
lainnya, seperti penyakit jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal
ginjal, kerusakan system syaraf dan lain-lain (Anonim, 2008).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
Indonesia menempati urutan keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah
penderita Diabetes Mellitus terbanyak setelah India, China, Uni Sovyet, Jepang,
dan Brasil. Tercatat pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes di Indonesia
mencapai 5,6 juta dengan peningkatan sebanyak 230.000 pasien diabet per tahun,
sehingga pada tahun 2015 diperkirakan akan mencapai 20 juta penderita (Pdpersi,
2008).
Ada dua tipe utama diabetes melitus, yaitu tipe I
dikenal dengan sebutan IDDM (= Insulin
Dependent Diabetes Mellitus) yang terjadi karena destruksi autoimun, faktor
genetik dan infeksi virus; tipe II dikenal dengan sebutan NIDDM (=Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
yang terjadi karena hipofungsi sel-sel beta pankreas bersama resistensi insulin
yang meningkat. (Tjai dan Rahardja, 2003).
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang mencakup lebih
lebih dari 90% seluruh populasi diabetes di Indonesia (Pdpersi, 2008). Penatalaksanaan
diabetes mellitus tipe 2 dimulai dengan diet, latihan fisik dan pengaturan
aktivitas fisik. Jika diet yang dilakukan (minimal selama 3 bulan) dan latihan
fisik tidak cukup untuk menurunkan kadar glukosa darah, maka diperlukan
pemberian antidiabetika oral (Tjai dan Rahardja, 2003).
Pemakaian obat-obat sintesis sebagai antidiabetes,
kemungkinan memiliki efek samping yang tidak dikehendaki karena digunakan dalam
waktu relatif lama. Oleh karena itu kini masyarakat banyak mencurahkan
perhatiannya pada obat-obat herbal untuk terapi suatu penyakit, karena
penggunaan obat herbal dianggap lebih aman dan dapat meminimalkan efek samping
terhadap tubuh. Ada beberapa tanaman yang dipercaya dapat menurunkan kadar gula
darah, salah satunya adalah tanaman teh (Camellia
sinensis L.). Penurunan kadar gula
darah bagi penderita dibetes mellitus
diduga disebabkan oleh kandungan senyawa aktif dalam teh berupa katekin,
turunan katekin, theaflavin, thearubigin dan alkaloid (Hartoyo, 2003).
Indonesia merupakan penghasil teh terbesar kelima, tetapi konsumsi teh di
Indonesia masih rendah. Hal ini diduga
karena masyarakat belum banyak mengetahui khasiat teh terhadap kesehatan
(Soraya, 2007). Penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan pengaruh ekstrak
etanol 70% daun teh terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih jantan
galur Wistar yang diinduksi dengan aloksan.
METODOLOGI
Bahan Penelitian
Pada penelitian ini
sebagai bahan utama adalah
1. Daun teh (Camellia sinensis L.) diperoleh dari
kebun teh Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.
2. Hewan coba berupa tikus
putih jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan dengan berat badan antara 150-180 g,
diperoleh dari Laboratorium Hewan Coba, Fak. Farmasi, Universitas Airlangga,
Surabaya.
3. Aloksan dan glibenklamid
serta reagen kimia (pa) dari Emerck, alkohol teknis (Brataco) dan lain-lain.
Jalannya Penelitian
1.
Pembuatan ekstrak daun
teh
Daun teh (Camellia sinensis L.) dipetik langsung dari pohonnya secara manual,
disortasi dan dicuci bersih, ditiriskan serta dilayukan selama 2 hari.
Dikeringkan dalam oven pada suhu 40oC hingga kadar air mencapai +
10%. Setelah kering diangkat, disortasi lagi untuk memisahkan kotoran yang
mungkin terikut. Simplisia dibuat serbuk menggunakan blender dan diayak dengan
ayakan B40 untuk mendapatkan serbuk simplisia yang memiliki derajat halus yang
seragam.
Serbuk daun teh ditimbang, dibungkus
dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat Soxhlet. Rangkaian alat
dilengkapi dengan labu alas bulat dan pendingin balik serta dipasang pada
statib yang telah dipersiapkan. diisi labu alas bulat dengan pelarut (alkohol
70%), demikian juga serbuk simplisia (dalam Soxhlet) direndam pelarut selama 24
jam. Setelah itu proses Soxhletasi dimulai dengan menghidupkan pemanas dan dialirkan
air pada pendingin balik. Proses ekstraksi dihentikan setelah serbuk simplisia
tersari sempurna yang ditandai dengan
jernihnya pelarut yang menetes dari Soxhlet ke labu alas bulat. Ekstrak
cair yang diperoleh dikentalkan dengan cara destilasi menggunakan vakum
rotavapor sehingga bebas pelarut. Dikeringkan dengan tangas air dan dihitung
persentase rendemennya dengan membandingkan berat ekstrak dan bobot serbuk
awal. Selanjutnya ekstrak dilarutkan untuk perlakuan percobaan dan dilakukan
skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan golongan kimia secara kualitatif.
2.
Membuat model diabetes
mellitus pada tikus
Tikus putih jantan galur Wistar
berumur 2-3 bulan dan berat badan 150-180 gr ditempatkan dalam 7 kelompok @ 5
ekor. Diadaptasikan selama 1 minggu dengan diberi makan dan minum cukup,
diberikan injeksi aloksan yang dilarutkan dalam NaCl 0,9% secara
intraperitonial dengan dosis 100mg/kg BB. Pada hari ke-3 setelah pemberian
aloksan, diukur kadar glukosa darahnya secara kuantitatif dengan metode
GOD-Perid. Kemudian tiap kelompok diberi perlakuan secara oral.
3.
Rancangan penelitian
Metode yang digunakan adalah pre test and post test with control group
design dengan 7 kelompok perlakuan. Kelompok 1 : normal, yaitu tanpa diberi
perlakuan apapun, kelompok II-V adalah kelompok perlakuan (pemberian ekstrak
daun teh dosis dosis 72mg/200g BB, 144mg/200g BB, 288mg/200g BB, 576mg/200g BB), kelompok VI: sebagai
kontrol positif, yaitu disuntik aloksan dan diberi glibenklamid dosis 0,09
mg/200 g BB dan kelompok VII: sebagai kontrol negatip, yaitu disuntik aloksan
dan diberi aquadest.
4. Pengukuran kadar gula darah pada tikus percobaan
Pengukuran kadar
gula darah hewan coba dilakukan pada hari ke-3, ke-6 dan ke-9 setelah
perlakuan. Pengukuran secara kuantitatif dengan metode GOD-Perid. Sebelumnya disiapkan
tabung penampung darah, kemudian dibersihan ekor tikus dan dibasahi dengan
kapas yang dicelupkan ke air hangat (untuk memperlancar aliran darah), digunting
atau disayat ekor tikus untuk mengeluarkan darahnya. Ditampung darah ke dalam
tabung dan pisahkan serumnya dengan cara disentrifuge, amati pada hari itu
juga.
5. Analisis data
Data yang diperoleh
dianalisis dengan Anova satu jalan dan dilanjutkan uji t tingkat kepercayaan
95%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian ini
didapatkan hasil sebagai berikut: rendemen ekstrak etanol 70% daun teh adalah
67,58%, dan identifikasi terhadap kandungan golongan kimia diperoleh hasil
positip terhadap golongan senyawa alkaloid (primer, sekunder, tersier),
flavonoid, tanin dan polifenol. Adapun hasil uji hipoglikemik terhadap tikus
putih jantan galur Wistar yang sebelumnya diinduksi diabetogen aloksan
sebagaimana disajikan pada tabel dan grafik berikut.
Tabel I.
Rata-rata kadar glukosa darah tikus setelah perlakuan |
|||||
Kelompok |
Hari |
Hari |
Hari |
Hari |
rata-rata |
Perlakuan |
Ke-0 |
Ke-3 |
Ke-6 |
Ke-9 |
penurunan |
(I)
Normal |
6,75 |
4,00 |
5,00 |
6,20 |
1,43 |
(II)
Dosis-1 (72mg/200 g BB) |
56,25 |
48,75 |
46,00 |
40,24 |
7,21 |
(III)
Dosis -2 (144mg/200 g BB) |
62,50 |
53,00 |
43,00 |
34,00 |
11,70 |
(IV)
Dosis-3 (288mg/200 g BB) |
53,25 |
37,75 |
24,00 |
10,00 |
19,02 |
(V)
Dosis-4 (576mg/200 g BB) |
60,00 |
53,25 |
19,00 |
2,00 |
28,29 |
(VI) Kontrol positif = k(+) |
5,00 |
38,75 |
13,00 |
8,25 |
32,13 |
(VII) Kontrol negatif = k(-) |
61,50 |
68,25 |
73,50 |
73,25 |
(-6,25) |
Dari data tersebut jika
digambarkan dalam bentuk grafik, dapat disajikan sebagai berikut.
Gambar 1, Grafik kadar glukosa darah vs waktu (hari)
Selanjutnya data tersebut
dianalisis menggunakan uji statistik parametrik Anava satu jalan, diperoleh
harga Fhitung = 127,02 sedangkan Ftabel = 2,77. Sehingga
didapatkan suatu kesimpulan bahwa Fhitung > Ftabel
. berarti paling tidak terdapat dua
kelompok data yang mempunyai perbedaan bermakna dalam menurunkan kadar glukosa
darah tikus. Kemudian analisis dilanjutkan dengan uji t dengan tingkat
kepercayaan 95% untuk mengetahui hubungan antar masing-masing dosis perlakuan
dengan kontrol positip dan negatip. Hasil perhitungan uji t antar kelompok
perlakuan tersaji pada tabel berikut.
Tabel 2. Hasil perhitungan uji t antar kelompok perlakuan
(taraf kepercayaan 95%)
Antar kelompok perlakuan |
Hasil uji t |
II – VII III – VII IV – VII V – VII II – VI III – VI IV – VI V – VI |
Terdapat perbedaan
bermakna Terdapat perbedaan
bermakna Terdapat perbedaan
bermakna Terdapat perbedaan
bermakna Tidak terdapat
perbedaan bermakna Tidak terdapat
perbedaan bermakna Tidak terdapat perbedaan
bermakna Tidak terdapat
perbedaan bermakna |
Hasil penelitian
menunjukan bahwa ekstrak etanol 70% daun teh (Camellia sinensis L.) menunjukkan efek hipoglikemik pada semua
dosis yang diujikan. Hasil uji t juga dapat digunakan untuk melihat pada dosis
mana ekstrak etanol daun teh lebih baik dalam menurunkan kadar glukosa darah
pada tikus putih. Hal ini dapat dilihat
dari hasil t-hitung yang paling besar.
Tabel 3. Hasil perhitungan uji t
Dosis perlakuan |
t-hitung thd k(-) |
t-hitung thd
k(+) |
72 mg/200 g BB 144 mg/200 g BB 288 mg/200 g BB 576 mg/200 g BB |
15,60 22,27 26,10 31,93 |
-12,91 -10,64 -3,03 -0,46 |
Selain sebagai minuman
yang menyegarkan, teh telah lama dipercaya secara empirik memiliki berbagai
khasiat bagi kesehatan tubuh, diantaranya untuk mengobati dibetes melitus
(Soraya, 2007). Efek ini diduga berkaitan dengan kandungan katekin dan
turunannya, theaflavin serta thearubigin (Hartoyo, 2003).
Sesuai pustaka, senyawa
bioaktif yang ada dalam teh merupakan golongan flavonoid. Adapun flavonoid yang
ditemukan pada teh terutama berupa senyawa flavanol dan flavonol. Katekin pada
daun teh merupakan flavonoid kelas flavanol, tetapi selama proses pembuatan teh
katekin dapat dioksidasi secara enzimatis membentuk theflavin dan thearubigin.
Selain itu, alkaloid juga diduga ikut berperan dalam efek hipoglikemik yang
ditimbulkan oleh ekstrak daun teh (Hartoyo, 2003).
Pada penelitian ini
digunakan aloksan (2,4,5,6-tetraoxypirimidin) sebagai diabetagen yakni untuk
menginduksi diabetes pada hewan coba, karena selain memang sudah lazim
digunakan zat ini cepat menimbulkan hiperglikemi yang permanen dalam waktu 2-3
hari. Mekanisme aksi dalam menimbulkan perusakan sel pankreas secara selektif
belum diketahui, tetapi dari penelitian secara in vitro mekanisme kerja aloksan
menginduksi pengeluaran ion kalsium dari mitokondria sehingga mengakibatkan
gangguan homeotasis yang merupakan awal matinya sel (Suharmiati, 2003). Adapun
sebagai kontrol positip digunakan glibenklamid, yaitu obat antidibetik oral
dari golongan sulfonilurea yang memiliki efek farmakologi jangka pendek dan
panjang seperti efek sulfonilurea pada umumnya. Selama pengobatan jangka
pendek, glibenklamid meningkatkan sekresi insulin dari sel beta pulau
langerhans, sedangkan pada pengobatan jangka panjang efek utamanya adalah
meningkatkan efek insulin terhadap jaringan parifer dan penurunan pengeluaran
glukosa dari hati (Guyton dan Hall, 1997).
Ekstrak etanol daun teh
secara bermakna menurunkan kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi
dengan aloksan, kemungkinan karena dapat merangsang pelepasan insulin pada sel
yang tidak rusak sempurna. Efek penurunan kadar glukosa darah diduga melalui
perbaikan sel-sel beta pulau Langerhans oleh komponen ektrak daun teh, karena
kandungan flavonoid daun teh juga bersifat antioksidan sehingga dapat
melindungi kerusakan sel-sel pankreas dari radikal bebas. Sedangkan alkaloid
dan tanin (epigalokatekin) ikut berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah
kemungkinan melalui penghambatan absorpsi glukosa di usus.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% daun teh (Camellia sinensis L.) mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah
pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi aloksan. Efek hipoglikemik meningkat
dengan peningkatan dosis pada kisaran 72mg-576mg/200 g BB.
Saran
Perlu penelitian lebih lanjut
tentang toksisitas daun teh, penentuan senyawa aktif yang bertanggungjawab
terhadap hipoglikemik serta penentuan dosis optimal yang bermakna sebagai dasar
terapi dan mekanisme aksinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Serba-serbi diabetes mellitus, http://www.f-buzz.com/2008/08/04
Anonim,1993,
Pedoman
Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka:Penapisan Farmakologi, Pengujian
Fitokimia dan Pengujian Klinik, Pokja Ilmiah Phytomedica, Jakarta
Guyton,
A.C., Hall, J.E., Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, Edisi ke-9 (terjemahan Setiawan), Jakarta, EGC
Hartoyo, Arif, 2003, Teh dan
khasiatnya bagi kesehatan, Kanisius, Yogyakarta
Pdpersi,
2008, Faktor lingkungan dan gaya hidup
berperan besar memicu diabetes (online), http://www.pdpersi.co.id. Html. Diakses 5 Nov 2008
Soraya, Noni, 2007, Sehat dan cantik
berkat teh hijau, Penebar Swadaya, Jakarta
Suharmiati,
2003, Pengujian bioaktivitas antidiabetes mellitus tumbuhan obat, Cermin Dunia Kedokteran-140
Tjay,T.H.,
dn Rahardja, Kirana, 2003, Obat-obat
penting, khasiat, penggunaan dan efek sampingnya, PT.Elex Media Komputindo,
Jakarta.