Penelitian ini membahas tentang praktek oligopoli media massa Australia. Oligopoli media di Australia berkembang selain karena faktor ekonomi, juga karena faktor politik. Telah diketahui bahwa untuk membentuk suatu media massa membutuhkan dana yang tidak sedikit. Setelah suatu media terbentuk, masih dibutuhkan dana yang tidak kalah besar untuk biaya-biaya produksi ketika menjalankannya. Banyak sekali surat kabar di Australia yang bangkrut karena masalah finansial, seperti Daily Sun and Sunday Sun, Perth’s Western Mail, Brisbane’s Telegraph, Business Daily dan Sydney Mid-week News. Oligopoli ini semakin berkembang karena faktor-faktor politik yang ada seperti pemberian izin membuat televisi ke beberapa perusahaan tertentu saja. Lagipula, sebagai pemain lama raja-raja media di Australia sudah mendapatkan kemapanan yang sangat sulit diganggu, baik dalam konteks ekonomi maupun dalam konteks politik.
Dua penguasa media yang paling besar dan terkenal adalah Rupert Murdoch dan Kerry Packer. Tidak hanya raja media di Australia, mereka berdua termasuk penguasa-penguasa media di dunia ini. Murdoch, yang selama puluhan tahun mengembangkan sayap News Corporation miliknya ke berbagai pelosok dunia, adalah pemilik saham di Fox Network, Star TV, Studio 20th Century Fox, surat kabar The Times dan The Sun di London, televisi kabel Fox News, Fox Sport dan lainnya. Di Australia sendiri, Murdoch memiliki 16 televisi lokal. Sementara Kerry Packer memiliki Australian Consolidated Press (ACP) dan Publishing and Broadcasting Limited (PBL). Dalam bidang media, PBL memiliki sembilan jaringan televisi di Australia dan Australian Consolidation Press. PBL memiliki jumlah investasi yang besar dalam berbagai televisi berbayar dan jaringan televisi digital, seperti Foxtel dan Sky News Australia. Australian Consolidation Press sendiri yang didirikan pada tahun 1933 memproduksi lebih dari 60 majalah di Australia seperti Australian Women’s Weekly, Cleo, Harper’s Bazaar, Australian House and Garden dan sebagainya.
Praktek oligopoli dalam kepemilikan media massa di Australia tersebut tentu memberikan dampak bagi masyarakat Australia. Yang paling terasa adalah, dengan pilihan yang begitu, mereka tidak bisa memilih sumber informasi lainnya apabila ingin mengetahui isu-isu politik. Selanjutnya, pemilik media dan manajer-manajernya memiliki kesempatan untuk mengintervensi berita yang diturunkan oleh media tersebut. Dan kecenderungan yang ada memang seperti itu. Seringkali mereka bertindak secara langsung untuk memastikan bahwa berita, editorial atau bahkan seluruh liputan berita tersebut merefleksikan sudut pandang tertentu atau melindungi kepentingan tertentu. Sedikit sekali pilihan yang tersedia bagi seorang staff di media yang tidak suka dengan perintah-perintah intervensi dari atasan. Karena praktek oligopoli, mereka tidak dapat bebas keluar-masuk perusahaan karena pada dasarnya kepemilikan media massa di Australia hanya berada di tangan beberapa orang saja. Dampak yang terakhir adalah, bahwa pemilik dapat mengurangi biaya produksi tanpa takut akan kompetisi. Salah satu cara untuk mengurangi biaya produksi yang paling mudah ditempuh adalah dengan cara mengurangi biaya untuk pegawai. Artikel yang ditulis di salah satu surat kabar sering dimuat juga di surat kabar lain yang masih berdiri dalam satu perusahaan yang sama. Implikasinya adalah, sudut pandang yang dapat digunakan masyarakat semakin terbatas apalagi dengan kemungkinan adanya monopoli pemberitaan karena konglomerasi media massa tersebut. Perlu diingat bahwa selain radio dan televisi ABC, semua media massa di Australia adalah media komersial yang dikuasai oleh perusahaan swasta.