Main Article Content
Abstract
Tomat merupakan salah satu sayuran utama yang dikembangkan secara luas. Dewasa ini beberapa tanaman termasuk tomat, mengalami stagnansi, dimana rata-rata produktivitasnya per hetar sulit sekali dikembangkan dan ditingkatkan. Penerapan system pertanian yang mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kima masih sangat melekat pada model pertanian kita, padahal peningkatan produksi dari penggunaan bahan-bahan tersebut hanya bersifat sementara, sedangkan dampak negatifnya sangat besar karena menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dewasa ini telah banyak diketahui secara parsial tentang pengendalian organism pengganggu tanaman menggunakan biopestisida berupa pestisida nabati dan agensia hayati, sedangkan pemupukan menggunakan pupuk hayati antara lain pemanfaatan mikroorganisme efektif, baik berasal dari daerah subtropis maupun tropis, yang didalamnya mengandung beberapa macam mikroorganisme antara lain; bakteri selulotik, jamur selulotik, bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, bakteri pelarut fosfat, dll. Kurangnya kajian kambonasi antara penggunaan biopestisida dengan pupuk hayati dalam mendukung penggelolaan tanaman tomat secara terpadu merupakan alasan logis berkembangnya penelitian ini. Dan akhirnya didapatkan kombinasi komponenen / variasi keonsentrasi penggunaan biopestisida dan pupuk hayati untuk pengelolaan tanaman tomat secara terpadu. Â
Dari pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa Penggunaan jamur Gliocladium sp dengan dosis 10 dan 20 cc/liter air dapat menekan serangan penyakit Fusarium sp pada tanaman tomat sebesar 16,32 ± 25,63% menyebbkan tajukyng lebih lebar dan produksi tomat yang paling baik
Dari pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa Penggunaan jamur Gliocladium sp dengan dosis 10 dan 20 cc/liter air dapat menekan serangan penyakit Fusarium sp pada tanaman tomat sebesar 16,32 ± 25,63% menyebbkan tajukyng lebih lebar dan produksi tomat yang paling baik