PERANCANGAN STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) PENGOLAHAN PASCA PANEN RIMPANG TANAMAN OBAT DAN IDENTIFIKASI GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP) DI KLASTER BIOFARMAKA KARANGANYAR
DOI:
https://doi.org/10.36499/psnst.v1i1.69Abstract
Dewasa ini banyak masyarakat yang beralih dari mengkonsumsi obat kimia ke obat herbalyang berasal dari tanaman obat (biofarmaka). Perubahan pola konsumsi obat ini dikarenakan
obat herbal memiliki risiko efek samping yang minim apabila digunakan secara tepat. Produk
biofarmaka yang salah satunya berasal dari tumbuhan sangat berpotensi untuk pengembangan
Industri Obat Tradisonal (IOT) dan kosmetika (Purnaningsih, 2008). Untuk mengoptimalkan
potensi tersebut, pemerintah telah mengembangkan beberapa klaster biofarmaka salah
satunya di Karanganyar. Meskipun Karanganyar dikenal sebagai daerah yang berpotensi
besar dalam produk biofarmaka, masih terdapat banyak masalah yang menghambat
pengembangan biofarmaka terutama yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas supply produk yang dipanen. Masalah tersebut muncul dikarenakan tidak adanya
suatu sistem penjaminan mutu dari hasil panen tanaman-tanaman biofarmaka. Untuk
menjamin mutu produk dari klaster perlu adanya dokumentasi terkait budidaya dan proses
produksi. Sistem pendokumentasian mutu dapat berupa Standard Operating Procedure (SOP)
dari budidaya tanaman hingga pasca panen dan GMP (Good Manufacturing Practices) Plan
yang mengatur agar hasil pengolahan proses produksi nantinya sesuai dengan standar mutu
dan aman untuk dikonsumsi. SOP disusun berdasarkan studi kasus di Kelompok Tani Sumber
Rejeki I dan studi lapangan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional (B2P2TO-OT). Metode yang digunakan adalah Focus Group Discussion
(FGD) yang melibatkan ketua dan pengurus klaster, ketua dan anggota kelompok tani, dan
pihak-pihak terkait lainnya yaitu dinas pertanian dan B2P2TO-OT. SOP ini dapat digunakan
sebagai SOP percontohan di kelompok-kelompok tani lainnya. SOP ini sebagai standarisasi
untuk meminimalkan variasi proses budidaya dan pasca panen antar kelompok tani, sehingga
dapat menjamin mutu produk biofarmaka yang dihasilkan. Pengembangan dan penggunaan
SOP dapat meminimasi variasi output dan meningkatkan kualitas melalui implementasi yang
konsisten pada proses atau prosedur di dalam organisasi (U.S. Environmental Protection
Agency, 2007). SOP yang tersusun nantinya dapat diimplementasikan sehingga tercapai cara
penanganan dan pengolahan pangan hasil pertanian yang baik melalui Good Manufacturing
Practices (GMP). Dengan adanya sebuah sistem dokumentasi GMP (GMP Plan) diharapkan
klaster memiliki sebuah pedoman untuk dapat mengimplementasikan proses pasca panen yang
baik, sehingga dapat menghasilkan produk yang aman dan dapat memenuhi standar
penerimaan baik pasar maupun perusahaan jamu.
Kata kunci: Klaster biofarmaka, SOP, GMP, Rimpang Biofarmaka
Downloads
Published
2012-07-03
Issue
Section
Articles