Main Article Content

Abstract

Abstraksi

Korea Utara kembali menjadi sorotan dunia atas pengembangan program nuklirnya. Setelah mengambil langkah swasembada pangan dan nasionalisasi seluruh lahan dan industri, Korea Utara mengembangkan industri nuklir sebagai upaya memodernisasi persenjataan militernya. Korea Utara telah menjadikan nuklir sebagai instrumen diplomasi terhadap dunia internasional demi meraih kepentingan nasionalnya.  Alasan Korea Utara menggunakan nuklir sebagai alat diplomasi adalah pertama, alasan rejim survive. Korea Utara menganggap efek deterrent kepemilikan kemampuan serang nuklir akan menggaransi kelangsungan hidup rejim Pyongyang yang tidak lain adalah rejim komunis yang masih ingin eksis di belahan bumi.

Kedua, alasan ekonomi. Korut menggunakan program nuklirnya sebagai instrumen diplomasi untuk mendapat bantuan ekonomi. Adapun konsesi yang diberikan Korea Utara adalah seperti penghentian sementara program nuklirnya atau ijin inspeksi IAEA dilakukan dengan imbalan bantuan makanan dan bahan bakar dari Cina dan Korea Selatan, serta pembangunan reaktor nuklir sipil di Korea Utara oleh pihak Korea Selatan dan Jepang. Korea Utara bahkan meminta konsesi untuk sekedar hadir di meja perundingan, sebagaimana syarat Pyongyang agar Washington mencairkan rekening 25 juta dollar miliknya yang dibekukan di Makau tahun 2005 sebelum kembali ke meja perundingan.

Ketiga, alasan keamanan. Bagi Korea Utara, program nuklirnya merupakan cara diplomasi yang efektif untuk membawa Amerika Serikat mengarah pada langkah negosiasi. Meskipun pada awalnya, tujuan penegembangan reaktor nuklir di Korea Utara ditujukan untuk penelitian. Namun seiring dengan berkembangnya dinamika politik internasional, Korea Utara pun menggunakan teknologi nuklir yang dimilikinya sebagai sebuah bentuk diplomasi koersif dalam rangka mencapai tujuan atau kepentingan nasionalnyawilayah dan keberadaan NKRI.

 

Kata kunci: Nuklir, Diplomasi, Politik Internasional

Article Details