Main Article Content

Abstract

Abstract
Fulfilment of children's alimentation right is a medium to apply the vision of marriage that functions actively-offensively protecting generation (ḥifẓ an-nasl). However, there are still many cases neglecting children's alimentation right in marriage or after divorce. This is due to some understanding of the classical mazhab of fiqh that children's alimentation right not be a father's debt, the obligation of child's alimentation expired if not given in the past and because also the people assume that the husband's obligation to give a child's alimentation only occurs when there is still a marriage.
So that when the divorce happens it means the obligation of a child's alimentation has ended by the father to his child. from this legal problem, the author wants to examine how the juridical-normative rules for granting children's alimentation right and the sanctions if father ignore the children's alimentation right? This study uses a comparison method between Fiqh and the Act in Indonesia. The result is the Act and Fiqh have governed the procedures for granting children's alimentation right. However, sanctions governing neglect of granting children's alimentation right in fiqh are only found in the mazhab Hanafi, but in the Act found strict sanctions as a preventive measure and as well as a deterrent effect, so that a person does not neglect children's alimentation right

Keywords

(Sanctions Right of Alimentation Fiqh and The Act)

Article Details

References

  1. Daftar Pustaka
  2. ‘Abd al-Karim Zaydan, Al-Mufassal fi Ahkam al-Mar’ahwa al-Bayt al-Muslim fi al- Syari‘at al-Islamiyyah, cet. ke-1, Beirut: Mu’assasat al-Risalah, t.t..
  3. al-Ansāriy, Zakriyā ibn Muḥammad ibn Aḥmad ibn Zakriyā, al-G̣arar al-Bahyah fi syarḥi al-Bahjah al-Wardiyyah. ttp.:al-Maṭba’ah al-Maymanah, t.t..
  4. Al-Bugha, Mushthafa dan Mushthafa al Khann, al-fiqh al-Manhaji 'ala al-Madzhab al Imam al-Syafi'I, terj. Yusuf Maulana, Yogyakarta oleh Pro-U Media pada tahun 2012.
  5. Al-Bukhāri, Abū ‘Abdillāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al-Mugīrah, Ṣaḥīh al-Bukhāri, Beirut: Dār Ṭāuq al-Najāh, 1422.
  6. al-Ḥanafiy, ‘Alāu al-Dīn Abū Bakr ibn Mas‘ūd ibn Ah̄mad al-Kasāniy, Badāi’u al-Ṣanā’iy fi al-Tartībi al-Syarā’i, ttp.:Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1986
  7. Ali/Inu, “Mantan Suami Kerap Abaikan Pemenuhan Hak Nafkah Pasca Cerai,†dalam http://www.hukumonline.com, diakses pada tanggal 7 Oktober 2019.
  8. Al-Jazirī, Abdurraḥmān, al-Fiqh ‘ala Mażhāhib al-Arba’ah, Beirut, Dār al-Tsaqalain, t.t.
  9. Al-Marāg̣̣ī, Aḥmad Musṭafā, Tafsīr al-Marāg̣ī, ttp.: t.p., 1946.
  10. Al-Naisāburīy, Abī al-Husain Muslim bin al-Hajjāj al-Qusyairy, Ṣaḥīh Muslim, Riyāḍ: Dār Ṭaybah, 1992.
  11. al-Qazwīny, Abi ‘Abd Allah Muḥammad ibn Yazīd ibn Mājah, Sunan ibn Mājah, Riyāḍ: Bait al-Afkār, t.t., 247. Ḥadīṡ No. 2293.
  12. al-Sajastānī, Sulaimān ibn al-asy’as Abū Dāwud, Sunan Abī Daūd, Beirut: Dār al-Fikr, t.t.,
  13. Al-Syāfi’I, Muḥammad bin Idrīs, al-Mukhtaṣar al-Mazani ‘alā al- Umm, Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah,t.t.
  14. Al-Zuhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Islāmy wa Adillatuhu, Damaskus: Dār al-Fikr, 1985.
  15. al-Zuhailī, Wahbah, Naẓariyyah al Ḍarūrah al-Syar’iyyah, Beirut: Muassasah al-Risālah, 1985.
  16. Asnawi, M. Natsir, “Alimentasi dalam Hukum Keluarga Indonesia, dan Penerapannya di Peradilan Agama,†dalam www.pa-banjarbaru.pta-banjarmasin.go.id. Akses tanggal 17 November 2019.
  17. As-Subki, Ali Yusuf, Fiqh Keluarga: Pedoman Berkeluarga dalam Islam, Jakarta: AMZAH, 2010.
  18. As-Suwailim, Wafa' binti Abdul Aziz, Ahkamul Umm Fil Fiqh Al-Islamy, terj. Yasir Amri, Jakarta: Ummul Qura’, 2013.
  19. Basir, Cik, “Menolak Gugatan Nafkah Madliyah Anak karena lil Intifa: Relevankah dengan Ketentuan Islam dan Hukum Positif,†dalam http://www.badilag.net, diakses pada tanggal 9 November 2019.
  20. Darminta, J.S Poerwa, diolah kembali oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982.
  21. Departemen Agama Republik Indonesia, Bahan Penyuluhan Hukum UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Islam, 2000.
  22. Departemen Agama Republik Indonesia, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Islam, 1997/1998.
  23. Djodjodirdjo, Moegni, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, 1982.
  24. Doi, A. Rahman I., Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
  25. Fahruddin, Fuad Moh., Masalah Anak dalam Islam, Jakarta: Ilmu Jaya, 1991.
  26. Ibn Muḥammad, Abū ‘Umar Yūsuf ibn ‘Abdillāh, al-Kāfī fi al-FiqhAhl al- Madīnah, Saudi ‘Arabia: Maktabah al-Riyāḍ al-Hadiṣah, 1980.
  27. Ibn Qudāmah, Muwaffaqu al-Dīn Abī Muḥammad ‘Abd Allāh bin Aḥmad, al-Mughnī li ibn Qudāmah, Kairo: Maktabah al-Qahirah, t.t..
  28. Joni, Muhammad, Rachma Fitria, dkk. (ed.), Mengenal Lebih Dekat UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak, Jakarta: Komnas PA dan Save the Children UK.
  29. Kamus Ilmu Ushul Fikih, Toto Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
  30. Kamus Indonesia Arab, Rusyadi dan Hafifi, Jakarta: Rineka Cipta: 1995.
  31. Kelsen, Hans, “The law as a Spesific Social Techniqueâ€, The University of Chicago Law Review, University of Chicago law review., vol. 9, No. 1, December 1941
  32. Kelsen, Hans, Pure Theory of Law, terj. Max Knight, California: University of California Press.
  33. Lis Mu’alifah, Hadhanah dan Nafkah Anak Pasca Perceraian di Kabupaten Cilacap, Tesis tidak diterbitkan, Program Hukum Islam: Konsentrasi Hukum Keluarga, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 2011.
  34. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an.
  35. Mahfudh, M. A Sahal, Dialog dengan Kiai Sahal Mahfudh: Solusi Problematika Umat, Surabaya: Ampel Suci dan (LTN), NU Jawa Timur, 2003.
  36. Marwan, “Batas Usia Nafkah Anak Berdasarkan Maqāṣid al-Syari’ah,†FUTURA: Jurnal Ilmiah Islam, Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh., Volume XIII, No. 2, Februari, 2014.
  37. Masrukhin, Studi Pelaksananan Hadhanah dan Nafkah Anak Akibat Perceraian di Kota Magelang atas Hasil Putusan Pengadilan Agama Magelang, Tesis tidak diterbitkan, Program Hukum Islam: Konsentrasi Hukum Keluarga, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 2010.
  38. Mas'ud, Muhammad Khalid, Filsafat Hukum Islam dan Perubahan Sosial, terj. Yudian W. Asmin, Surabaya: Al Ikhlas, 1995.
  39. Muchsin, “Perlindungan Hukum terhadap Anak Pasca Perceraian Orang Tuanya,†VARIA PERADILAN: Majalah Hukum, Ikatan Hakim Indonesia., No. 301, Tahun XXVI, Desember 2010.
  40. Muchtar, Kamal, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 2004.
  41. Mustofa, Muhammad, Metode Penelitian Kriminologi, cet. ke-3, Jakarta: Kencana, 2013.
  42. Nurlae lawati, Euis, Property and Women’s Post-Divorce Rights in Indonesia: Judges’ Legal Discretion and Husbands’ Perception on Alimonies, Netherland: Ministry of Foreign Affairs of the Netherland, t.t.
  43. Nurudddin, Amiur, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.
  44. Prawirohamidjojo, R. Soetojo dan Marthalena Pohan, Hukum Orang dan Keluarga (Personen en Familie-Recht),Surabaya: Airlangga University Press, 1991.
  45. Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: Eresco, 1986.
  46. Rahman, Fatchur, Hadis-Hadis tentang Peradilan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005
  47. Redaksi Sinar Grafika, KUHAP dan KUHP, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2005.
  48. Remmelink, Jan, Hukum Pidana, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003.
  49. Samekto, FX. Adji, Ilmu Hukum dalam Perkembangan Pemikiran Menuju Post-Modernisme, Bandar Lampung: Perintis Kemerdekaan
  50. Sarakhsī, Shams al-Dīn, al- Mabsūṭ, Beirut: Dār al-‘Ma’rūfah, 1993.
  51. Sidharta, B. Arief, Meuwwissen tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2009.
  52. Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, 2008.
  53. Sumiarni, MG. Endang dan Halim, Chandera, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Hukum Keluarga, Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2000
  54. Summa, Muhammad Amin, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam dan Peraturan Pelaksanaan lainnya di Negara Hukum Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
  55. Umbara, Citra, Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga Beserta Penjelasannya, Bandung: Citra Umbara, 2010.
  56. Wasman dan Wardah Nuroniyah, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Perbandingan Fiqih dan Hukum Positif, Yogyakarta: 2011).
  57. Wati, Dwi Indah Fajar, “Kewajiban Nafkah yang Berkeadilan,†dalam RELIGI: Jurnal Studi Agama-Agama, UIN Sunan Kalijaga., Vol. IV, No. 2, Juli 2005.
  58. Zaki, Muhammad, “Kriminalisasi dalam Hukum Keluarga di Negara-Negara Muslim,†AL-RISALAH: Jurnal Ilmu Hukum, Sosial, Humaniora, Ekonomi dan Agama, IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi., Volume 11 Nomor 1, Mei 2011.
  59. Mahmood Tahir, Family Law Reform In The Muslim World, New Delhi: The Indian Law Institut, 1972.
  60. Zein, Satria Effendi M., “Makna, Urgensi dan Kedudukan Nasab dalam Perspektif Hukum Keluarga Islamâ€, MIMBAR HUKUM: Aktualisasi Hukum Islam, Al Hikmah dan DITBINBAPERA Islam., No. 42, Th. X, Mei-Juni, 1999.